REPUBLIKA.CO.ID T,ABANAN -- Rektor Univ Ibnu Khaldun Bogor Prof Dr H Ending Bahruddin mengemukakan, dalam Islam mengenal tazkiatun nafs. Kendati bermakna pembersihan, tetapi bisa juga dimaknai dengan pembangunan jiwa. “Itu sesuai dengan hadis Nabi, tentang penyucian hati,” ujarnya, Sabtu (10/12).
Ending mengungkapkan hal itu dalam kegiatan seminar nasional yang masih satu serangkaian dengan kunjungan peserta Bali Demokrasi Forum (BDF) ke Pondok Pesantren Bali Bina Insani (BBI). Seminar dilangsungkan sore hari, selepas peserta BDF meninggalkan Pondok Pesantren. BBI yang dikelola Yayasan La Royba, menjadi model bagi kerukunan dan toleransi antar ummat di Pulau Bali dan mendapat kehormatan untuk dikunjungi peserta BDF.
"Jadi pembersihan hati, itu juga adalah membangun hati. Sebagai penggerak, membangun hati bisa sebagai awal dari revolusi mental," katanya.
Ending mengemukakan, pesantren memiliki keunggulan dibandingkan dengan sekolah-sekolah konvensional. Yang paling menonjol adalah kehidupan santri yang bisa bertemu dengan kiainya selama 24 jam dan mereka mendapat contoh yang baik dari para gurunya.
Hanya, dia menyoroti, pondok pesantren moderen yang belakangan banyak bermunculan. Menurut dia, pondok pesantren moderen memiliki kelemahan dalam hal mendidik para santri menjadi santri yang mendiri.
"Di pondok pesantren moderen, anak-anak tidak mencuci sendiri, tidak memasak sendiri, mereka semuanya dilayani. Ini kalau mereka nanti jadi pejabat, mereka minta dilayani, bukan jadi pelayan masyarakat," katanya.