REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL-- Ancaman robohnya Bendungan Mosul di Irak tidak dapat diremehkan. Bendungan itu sebelumnya sempat dikuasai pasukan negara Islam atau ISIS.
Sebuah perusahaan dari Italia, Trevi dipercaya memperbaiki pondasi bangunan untuk mencegah bencana robohnya bendungan. Namun demikian, para ahli memperingatkan jika bendungan roboh, miliaran kubik air akan menenggelamkan kota Mosul dan mengganggu kehidupan jutaan orang yang tinggal di sepanjang tepi sungai Tigris.
"Saya tidak tahu apakah (robohnya bendungan) itu berpacu dengan waktu, tapi kami tahu bagaimana teknologi membuat bendungan aman untuk beberapa waktu," ujar sumber perusahaan yang enggan disebutkan identitasnya alasan keamanan, seperti dilansir Aljazirah pada Ahad (11/12).
Perbaikan dilakukan berbagai cara salah satunya pembuatan pondasi bendungan dengan penambahan semen (grouting) yang nilai kontraknya mencapai 300 juta dollar Amerika. Namun sejumlah ilmuwan juga mengatakan perbaikan bendungan itu hanya sebagai solusi sementara. Satu-satunya cara, penduduk Mosul dan daerah yang terdampak harus bersiap-siap evakuasi ke tempat yang aman.
"Tidak peduli berapa banyak pemeliharaan perusahaan dilakukan, mungkin memperluas rentang hidup bendungan, tapi itu hanya akan menunda bencana," kata Profesor sumber daya air dan teknik lingkungan di Universitas Lulea di Swedia dan ahli Bendungan Mosul, Nadhir al-Ansari.
Baca juga, Irak Umumkan Serangan Rebut Kembali Mosul.
Hal ini kata Ansari, lantaran bendungan yang memiliki panjang 3,4 kilometer itu dibangun atas dasar yang tidak stabil sehingga keruntuhannya tidak bisa dihindari. "Ini hanya masalah waktu. Ini akan lebih buruk dari melemparkan bom nuklir di Irak," kata Ansari.
Apalagi sebuah penelitian terbaru oleh para ahli Norwegia menunjukkan bahwa batuan dasar dan pergerakan lateral terus berlanjut. Jika sampai roboh, dampak yang akan terjadi banjir akan menghancurkan infrastruktur semua kota di sepanjang tepi Tigris, termasuk Tikrit, sampai air akhirnya berhenti di 700 km sebelah selatan dari bendungan.