REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia naik pada Senin (Selasa pagi WIB), setelah produsen minyak di luar Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sepakat untuk mengurangi produksi mereka. Produsen-produsen minyak non-OPEC, dipimpin oleh Rusia, sepakat pada Sabtu untuk mengurangi produksi minyak mentah sebesar 558 ribu barel per hari (bph), dari target 600 ribu barel per hari.
Dengan demikian, produsen-produsen minyak OPEC dan non-OPEC telah sepakat untuk mengekang produksi minyak mereka. Ini pertama kalinya sejak 2001 bahwa OPEC dan beberapa pesaingnya mencapai kesepakatan untuk bersama-sama mengurangi produksi guna mengatasi banjir minyak global.
Para analis mengatakan, pasar mungkin melihat pengurangan pasokan minyak mentah mulai tahun depan. Harga minyak kemungkinan besar akan tinggal di kisaran 53-ke-57 dolar. Ada kejutan khusus, karena Arab Saudi, produsen minyak nomor satu di dunia, mengatakan akan memangkas produksinya bahkan lebih besar dari yang telah diusulkan pada pertemuan OPEC selama minggu lalu.
"Kesepakatan OPEC menunjukkan cukup jelas pemangkasan tiga persen (produksi), jadi ini menunjukkan ada sedikit lebih kenaikan untuk harga minyak," kata Neil Williams, kepala ekonom di fund manager Hermes.
"Kami telah melihat kesepakatan produsen-produsen OPEC dan non-OPEC, meningkatkan harapan reflation (inflasi) di seluruh dunia," kata Chris Weston, dealer institusional IG Markets.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, meningkat 1,33 dolar AS menjadi menetap di 52,83 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, seperti dikutip Xinhua dan Reuters, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Februari, bertambah 1,36 dolar AS menjadi ditutup pada 55,69 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.