REPUBLIKA.CO.ID, Mantan presiden Irak Saddam hussein ditangkap oleh pasukan Amerika Serikat (AS) pada 13 Desember 2003. Selama sembilan bulan, ia menjadi buronan, dimulai ketika invasi AS atas negara itu dimulai pada Maret di tahun yang sama.
AS melakukan invasi atas Irak dengan tuduhan negara itu telah melakukan penjualan minyak, senjata, hingga properti secara ilegal. Bahkan, Irak juga disebut memiliki senjata pemusnah massal yang sangat berbahaya dan digunakan dalam sejumlah perang, seperti saat melawan Irak pada awal 1980-an dan penduduk Kurdi pada 1988.
Saat itu, Negeri Paman Sam yang dipimpin oleh Presiden George W. Bush pada Maret 2003 memutuskan melakukan invasi. Salah satu tujuan utama adalah menggulingkan Saddam dari kekuasaan dan mencari senjata pemusnah massal yang diduga diproduksi negaranya.
Saddam yang lahir dari sebuah keluarga miskin di Tikrit pada 1997 juga bersembunyi selama invasi. Ia hanya sempat sekali berbicara melalui rekaman audio pada invasi terjadi awal Maret 2003 kepada warga yang menyatakan dirinya yakin Tuhan akan memberi keselamatan mereka.
Namun, pemerintahannya jatuh beberapa bulan setelah invasi terjadi. Saddam juga menjadi daftar orang paling dicari, termasuk 55 anggota pemerintahannya saat itu oleh AS.
Hingga Saddam pada akhirnya ditemukan sedang bersembunyi di sebuah lubang dengan kedalaman enam hingga delapan kaki. Lubang itu terletak sekitar sembilan mil dari Tikrit, kota kelahirannya.
Ia yang sepanjang hidupnya dikenal sebagai pecinta kebersihan terlihat sangat tidak rapi. Saddam memiliki jenggot tebal dan rambut kusut.
Sebelumnya, AS juga pernah melakukan invasi Irak pada 1991. Namun, negara itu gagal untuk menjatuhkan Saddam dari kekuasaan. Sepanjang 1990, Saddam mendapatkan sanksi dari PBB berupa sanksi ekonomi. Selain itu juga serangan udara dikerahkan untuk melumpuhkan kemampuannya dalam menghasilkan senjata berbahaya, seperti yang dituduhkan AS.
Saddam dieksekusi pada 30 Desember 2006 setelah upaya banding yang ia lakukan ditolak. Ia dinyatakan bersalah atas kejahatan terhadap kemanusiaan. Meski demikian, hingga saat ini senjata pemusnah massal yang disebut dimiliknya tidak pernah ditemukan.