REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Sabilillah menjadi salah satu yang dinominasikan Kementerian Agama sebagai Masjid Paripurna. Karenanya, Masjid Sabilillah diharapkan dapat membagikan tata kelola kepada masjid-masjid seluruh Indonesia.
Ketua Yayasan Masjid Sabilillah, KH Mas'ud Ali, menilai pengelolaan masjid harus memiliki strategi yang mumpuni, terutama untuk memakmurkan jamaah yang ada di sekitar.
Ia menuturkan, strategi itu merupakan salah satu usaha yang dilakukan menejemen Masjid Sabilillah, semata-mata demi mengembalikan fungsi masjid sebagai pusat peradaban umat. "Jadi memang moto Masjid Sabilillah adalah memakmurkan masjid dan memakmurkan jamaah," kata Mas'ud di Hotel Lumire Jakarta, Selasa (13/12).
Ia menerangkan, saat ini Masjid Sabilillah sudah memiliki 150 orang yang merupakan jamaah tetap, dengan daya tampung sekitar tiga sampai empat ribu jamaah. Selain itu, Masjid Sabilillah memiliki sekolah-sekolah jenjang SD, SMP dan SMA, yang ternyata sudah jadi salah satu sekolah unggulan terutama di Malang.
Mas'ud mengungkapkan rasa syukur, karena tata letak Masjid Sabilillah yang berada di depan pintu masuk Kota Malang. Selain itu, Masjid Sabilillah berhadapan langsung dengan salah satu gereja kuno di Malang, dan sejak dibangun pada 1974 dan selesai pada 1980, keduanya mampu menjaga hubungan dan berdampingan baik.
Meski begitu, kiai Mas'ud Ali menuturkan bagaimana pendiri dari Masjid Sabilillah, KH Masykur, sangat menginginkan masjid dikembalikan fungsinya sebagai pusat peradaban umat.
Maka itu, kiai Mas'ud menjelaskan program-program yang ada di Masjid Sabilillah tidak memiliki tujaun lain, mewujudkan masjid sebagai pusat peradaban. "Semoga dengan itu masjid bisa benar-benar menjalankan tugas membimbing umat," ujar Mas'ud.