REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Gerakan Memakmurkan Masjid (Gemar), Achmad Subianto, menekankan empat pegangan mengembalikan peradaban umat ke masjid. Hal itu disampaikan di seminar Penganugerahan Masjid Percontohan dan Peluncuran ID Nasional 2016 yang digelar Kementerian Agama.
"Pahami Strength, Weakness, Oportunity dan Threats (SWOT) kembalikan masjid sebagai pusat peradaban," kata Subianto Selasa (13/12).
Strength atau kekuatan, kata dia, yang dimiliki masjid untuk menjadi pusat peradaban di antaranya adalah populasi Muslim di Indonesia yang terbesar di dunia. Ada pula kehadiran kitab suci Al Qur'an yang sudah dijelaskan Allah SWT sebagai cahaya, serta banyaknya ormas-ormas Islam yang berdiri tegak.
Selanjutnya, harus dipahami weakness atau kelemahan dari kondisi yang ada seperti perekonomian yang tidak dimiliki umat, dan pembinaan yang masih bergantung pada APBN/APBD. Ada pula banyaknya status hukum masjid yang masih belum jelas, kesediaan lisensi bagi khatib-khatib serta masih terbatasnya pemahaman menejerial pengurus masjid.
Subianto turut mengajak umat Islam memahami oportunity atau kesempatan yang ada, seperti kehadiran Baznas yang harusnya diiringi kehadiran UPZ di masjid. Selain itu, seharusnya Badan Wakaf Nasonal sudah mampu hadir di masjid-masjing, termasuk memaksimalkan potensi umat lewat banyaknya bank-bank syariah yang sudah ada.
Terakhir, ia mengingatkan umat Islam akan adanya threats atau ancaman terhadap masjid, di antaranya legalitas masjid yang belum jelas, serta perkembangan teknologi yang kadang belum mampu ditangkap. Ada pula media-media sekuler dan aliran-aliran sesat yang berusaha memecah umat, terutama perilaku koruptif yang masih ada.
"Jangan sampai sudah shalat, sudah haji, tapi masih korup, karenanya jangan sampai kita memiliki mentalitas miskin," ujar Subianto.