REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan beras, Pemkab Banyumas mencanangkan gerakan 'Sehari Tanpa Beras'. Pencanangan gerakan ini dilaksanakan di pendopo Setda Banyumas, Selasa (13/12).
"Dengan gerakan ini, maka ke depannya ada satu hari setiap bulan yang kita tetapkan sebagai hari tanpa beras. Untuk itu, kita tetapkan pada setiap tanggal 22 sebagai hari tanpa beras," jelas Bupati Achmas Husein dalam acara pencanangan tersebut.
Meski demikian dia menyebutkan, bukan berarti setelah penacanangan gerakan ini, maka pada setiap pelaksanaan hari tanpa beras maka masyarakat beralih ke bahan makanan berbahan terigu seperti beralih ke mi rebus atau roti.
Dia menyebutkan, tujuan dari pencanangan hari tanpa beras ini adalah untuk menghemat ketergantungan Indonesia terhadap beras impor. Namun bukan berarti setelah impor beras berkurang, kemudian impor terigu meningkat. "Kalau ini yang terjadi, maka tidak akan ada artinya," jelasnya.
Menurutnya, tujuan dari gerakan tanpa beras, adalah untuk lebih menggalakkan diversifikasi jenis pangan masyarakat. Yang diharapkan dari gerakan ini, adalah agar masyarakat terbiasa mengonsumsi bahan pangan pokok lainnya, seperti yang berasal dari bahan baku ketela, ubi, atau jagung. "Ketiga jenis bahan pangan tersebut, memiliki nilai gizi dan karbohidrat yang sama dengan beras," katanya.
Bupati juga menyatakan, pencanangan gerakan 'Satu Hari Tanpa Beras' ini sesuai dengan instruksi pemerintah pusat yang berharap bisa dilakukan penghematan konsumsi beras sebanyakn 1,5 persen setiap tahun.
Berdasarkan hasil Survei Kementerian Pertanian, Bupati mengatakan kebanyakan orang Indonesia mengonsumsi beras sebanyak 312 gram per hari. "Andaikata 312 gram dikalikan dengan jumlah penduduk Banyumas yang sebanyak 1,7 juta, maka dalam satu hari saja ada 530,4 ton yang dihemat. Kalau setahun ada 12 hari tidak makan nasi, maka dalam setahun ada 6.405 ton yang dihemat. Ini Jumlah yang sangat besar," katanya.
Bupati menyatakan, penghematan sebesar itu sangat bermanfaat bagi upaya menjaga ketahanan pangan. "Produksi beras di Banyumas yang saat ini mengalami surplus, akan mengalami surplus lebih besar lagi. Dengan demikian, daerah lain yang mengalami defisit bisa mendapat pasokan lebih besar lagi tanpa perlu melakukan impor," katanya.
Kepala Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian Perikanan Kehutanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas Wisnu Hermawanto, mengatakan gerakan "Satu Hari Tanpa Beras" dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran, peran, dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA).
"Kegiatan ini juga untuk mendorong pengembangan usaha pengolahan pangan skala usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sumber karbohidrat selain beras dan terigu, yang berbasis pada sumber daya dan kearifan lokal," katanya.