REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengecam insiden penyerangan terhadap sejumlah pelajar yang terjadi di SDN 1 Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (13/12).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy meminta pihak sekolah bekerja sama dengan tenaga medis membantu pemulihan kondisi kejiwaan para pelajar. Sebab, ia yakin, para pelajar akan emngalami trauma atas peristiwa tersebut.
"Saya juga minta agar pemulihan korban dilakukan sebaik mungkin, jangan sampai menjadi trauma," katanya di kantor Kemdikbud Jakarta, Selasa (13/12).
Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu menuturkan, sekolah merupakan rumah kedua bagi anak-anaka. Seharusnya, tempat tersebut bebas dari praktik-praktik kekerasan. Mendikbud mengatakan, kekerasan dalam bentuk apapun tidak bisa ditoleransi, apalagi kalau dilakukan di sekolah.
"Ini pelecehan terhadap pendidikan. Saya minta agar masyarakat menghindarkan tindak kekerasan di sekolah," ujarnya.
Kendati demikian, ia meminta masyarakat tidak main hakim sendiri terhadap pelaku. Ia meminta masyarakat memercayakan penanganan kasus kepada penegak hukum. Berdasarkan informasi yang diterima Mendikbud, seorang pemuda memasuki ruang kelas V di SDN 1 Sabu Barat, Sabu Raijua, NTT pada pukul 08.47 WITA.
Pemuda tersebut melakukan penyerangan dan penyanderaan menggunakan senjata tajam pada siswa yang sedang belajar. Sebanyak tujuh orang siswa terluka akibat insiden tersebut. Meraka dilarikan ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan. Berdasarkan informasi yang disampaikan Kabid Humas Polda NTT, AKBP Jules Abraham Abast, pelaku diduga mengalami gangguan jiwa sehingga nekat menyerang para pelajar.