REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS terpilih, Donald Trump memprioritaskan pemindahan Kedutaan Besar AS di Israel. Penasihat senior Trump, Kellyanne Conway pada Senin (12/12) mengatakan Trump menyebut memindahkan Kedubes dari Tel Aviv ke Yerusalem adalah prioritas yang sangat besar.
"Ia menegaskan dalam kampanyenya, setelah jadi presiden terpilih pun ia berkali-kali menyatakannya," kata Conway dalam wawancara dengan radio konservatif yang dipandu Hugh Hewitt.
Conway menyebut Israel sebagai teman hebat di Timur Tengah. Yerusalem adalah wilayah yang masih disengketakan antara Israel dan Palestina. AS telah sejak lama menilai status final Yerusalem adalah salah satu titik fokus negosiasi internasional soal sengketa kedua pihak.
Ketua perwakilan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di AS, Maen Rashid Areikat berharap pemerintah Trump tetap pada kebijakan Kedubes AS di Tel Aviv. Menurut Areikat, memindahkannya hanya akan membuat isu Israel-Palestina semakin sulit diselesaikan.
"Kami berharap pemerintahan selanjutnya mengerti sensitivitas Yerusalem," kata Areikat, dikutip dari Wall Street Journal.
Yerusalem belum diakui sebagai wilayah atau ibu kota pihak mana pun. Areiket tidak menjawab pertanyaan soal apakah PLO dan tim transisi Trump telah mengadakan kontak. Ia hanya mengatakan PLO siap bekerja sama dengan pemerintahan mendatang.
Pada 1995, Kongres meloloskan undang-undang yang diperlukan agar Kedubes AS bisa dipindahkan ke Yerusalem. Namun, Jerusalem Embassy Act 1995 mengizinkan presiden menangguhkannya untuk alasan keamanan.
Presiden-presiden sejak saat itu secara konsisten mengenyampingkan aturan. Conway mengatakan mudah bagi Trump untuk tidak lagi menangguhkan undang-undang.
Menurutnya, penting bagi AS untuk melakukannya, termasuk untuk komunitas Yahudi Amerika, Evangelical Christians. "Evangelical Christians selalu menempatkan Israel dalam daftar prioritas mereka," kata Conway.
Trump memang menggunakan isu pemindahan Kedubes sebagai bahan kampanye. Ia berjanji untuk memindahkannya ke Yerusalem. Beberapa tahun lalu, Bill Clinton dan George W Bush juga menjanjikan hal sama. Tidak ada yang dipenuhi.
Penasihat presiden bidang Timur Tengah, Dennis Ross mengatakan keputusan itu memang membahayakan. "Semua kandidat berjanji tapi tidak menepati karena memang hal itu akan melecut opini dan demonstrasi besar-besaran," kata Ross yang juga jadi penasihat Barack Obama.
Isu ini dilihat skeptis oleh Israel. Beberapa hari lalu, Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Liberman mempertanyakan kebijakan Trump untuk memprioritaskan Kedubes. "Apa bijak bagi Trump untuk memprioritaskannya, menjadikan kedutaan sebagai poin utama adalah sebuah kesalahan," kata Liberman pada Saban Forum.