REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Biaya yang dihabiskan kepolisian dalam menangani puluhan aksi demonstrasi baik yang pro maupun anti-Islam di Victoria, Australia sepanjang 2016 mencapai 2,3 juta dolar AS atau sekitar Rp 20 miliar. Namun, kepolisian Victoria memperkirakan biaya pastinya bisa lebih besar lagi.
Pada April tahun lalu, sekitar 3.000 peserta demo terlibat bentrok di kawasan Federation Square di pusat kota Melbourne ketika kelompok anti-Islam berhadapan dengan kelompok demo lainnya yang menyebut lawannya sebagai kelompok rasial. Selama periode saat itu hingga Agustus 2016, kepolisian Victoria telah menangani 12 aksi demo serupa, dimana polisi perlu diturunkan secara besar-besaran demi memisahkan kedua belah pihak.
Aksi-aksi itu berlangsung di pusat kota Melbourne, di daerah pinggiran Coburg, Melton, serta di Bendigo dimana ketegangan meletus terkait rencana pembangunan masjid. Kepolisian menyatakan biaya yang dikeluarkan mencapai 2,3 juta dolar AS, namun menambahkan angka tersebut merupakan perhitungan minimal.
"Tampaknya biaya sebenarnya dari pelayanan polisi dalam kejadian-kejadian tersebut jauh lebih besar begitu faktor seperti kerja lembur dan penggunaan para spesialis dan peralatan dijadikan pertimbangan," jelas juru bicara kepolisian.
Dia menjelaskan, alokasi sumber daya tersebut menunjukkan komitmen kepolisian terhadap keamanan masyarakat. "Keamanan masyarakat merupakan prioritas tertinggi dan kami akan terus berkoordinasi degan pelaksana demo demi menyalurkan hak kebebasan berbicara dengan cara damai dan menaati hukum," katanya.
Polisi juga menangani aksi demo di demo tandingan di daerah pinggiran Melbourne di Eltham, namun hitungan biayanya tidak dimasukkan dalam laporan tersebut.