Rabu 14 Dec 2016 15:55 WIB

2,2 Juta Anak Yaman Menderita Kekurangan Gizi Akut

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Winda Destiana Putri
Bendera Yaman
Bendera Yaman

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA - Hampir 2,2 juta anak di Yaman menderita kekurangan gizi akut. Wabah kurang gizi meningkat akibat peperangan yang terus terjadi selama dua tahun di negara tersebut.

UNICEF mencatat, sebanyak 462 ribu anak di Yaman berada dalam kondisi yang sangat kritis, karena tidak adanya persediaan makanan. Provinsi Saada di bawah kekuasaan Houthi memiliki tingkat penderita kurang gizi tertinggi, dengan delapan dari 10 anak terdampak.

Kekurangan gizi di Yaman terjadi sepanjang waktu dan semakin meningkat. "Anak-anak di negara termiskin di Timur Tengah itu tidak pernah menghadapi bencana seperti saat ini," ujar Perwakilan UNICEF, Meritxell Relano, dikutip Arab News.

Setidaknya ada satu anak yang meninggal dunia setiap 10 menit di Yaman karena kekurangan gizi. Mereka juga menderita penyakit diare dan infeksi saluran pernapasan. "Penyakit seperti kolera dan campak telah menyebar. Dengan beberapa fasilitas kesehatan yang tidak berfungsi, wabah tersebut semakin parah menyerang anak-anak," kata Relano.

Selama 2016, UNICEF mendukung pengobatan 215 ribu anak berusia di bawah lima tahun yang menderita gizi buruk akut di Yaman dengan memberikan suplemen vitamin. Namun, distribusi bantuan banyak terhalang oleh keterbatasan akses ke daerah konflik. "Kami meminta pihak yang terlibat dalam konflik untuk bisa memberikan akses tanpa hambatan kepada anak-anak yang membutuhkan bantuan di seluruh negeri. Sehingga kami dapat memberikan pasokan makanan, merawat anak-anak yang kekurangan gizi, dan mendukung pelayanan kesehatan di Yaman," ujarnya.

Masalah lainnya yang dialami penduduk Yaman adalah limbah beracun yang mengurangi pasokan air. Limbah medis menumpuk membuat kolam air menjadi bau dan mengancam mencemari aliran air ke seluruh kota.

"Masalah utama yang kita hadapi sekarang adalah pengelolaan sampah di Yaman yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi kesehatan penduduk," kata Profesor Mohammed Al-Qahali, Kepala Departemen Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Sanaa University. Al-Qahali memperingatkan, kolam limbah yang terkontaminasi bahan kimia berbahaya dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk kanker, cacat lahir, gangguan imunologi, dan banyak penyakit lainnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement