REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA -- Ratusan penumpang pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-867 yang rencananya akan terbang kembali ke Jakarta pada Rabu siang terjebak di dalam pesawat sekitar 1,5 jam di Bandara Tjilik Riwut, Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Hal itu akibat salah satu ban pesawat tersebut tergelincir dari landasan beberapa saat setelah mendarat.
"Kami bisa bayangkan bagaimana rasanya 1,5 jam berada dalam pesawat dengan mesin hidup, tapi tanpa AC," kata salah satu penumpang pesawat Lion Air, Agas, Rabu (14/12).
Dia kecewa karena pihak Lion Air mengabaikan keinginan penumpang agar bisa turun dari pesawat jurusan Jakarta-Palangka Raya itu. "Saya kira manusiawi ketika penumpang protes dengan nada tinggi mengingat apa yang kami alami. Mestinya ada alasan lain, penumpang dikeluarkan kemudian baru evakuasi pesawat. Jadi tidak harus penumpang berada di dalam sambil menunggu evakuasi pesawat," katanya dengan nada tinggi.
Pegawai di salah satu instansi Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah itu menilai pilot Lion Air tidak profesional saat akan memarkirkan pesawat usai mendarat. "Awal landing normal. Tapi kesimpulan saya pilotnya nakal karena mestinya memutar itu berada di ujung landasan pacu. Tapi ini belum sampai ujung landasan pacu. Kalau level Avia Star dan pesawat kecil itu mungkin tidak masalah. Tapi ini pesawat besar. Jadi ini pilotnya saja yang nakal," katanya.
Dia juga menuturkan, saat pesawat tidak bisa bergerak lagi, pilot yang diketahui bernama kapten Kurniawan berulang-ulang memberikan pengertian kepada penumpang agar tenang karena masih koordinasi dengan pihak bandara dan upaya evakuasi yang ternyata memakan waktu 1,5 jam. Sejumlah penumpang yang seperti tersandera itu terlihat pucat. Bahkan, dengan tidak adanya pendingin udara selama 1,5 jam di dalam pesawat ditambah panasnya cuaca saat itu, sejumlah penumpang terlihat "mandi keringat".
Selanjutnya, usai melewati proses yang panjang, sekitar pukul 16.30 WIB pesawat tersebut telah kembali mengangkut penumpang rute penerbangan Palangka Raya-Jakarta. Akademisi di salah satu perguruan tinggi di Palangka Raya, M Yusuf, menyayangkan kejadian yang menimpa ratusan penumpang Lion Air tersebut.
"Memang dalam penerbangan ada SOP-nya. Tetapi keadaan ini menunjukkan mereka mengabaikan sisi kemanusiaan terhadap para penumpang," katanya.
"Saat ini pimpinan sedang berkoordinasi dengan pihak bandara dan pihak terkait lain. Sampai kapan kami juga tidak tahu. Nanti saja kami kabari lagi," kata petugas Lion Air yang tidak bersedia menyebutkan namanya itu.