REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Aksi klitih (kekerasan dengan memakai motor) pelajar yang berujung kekerasan hingga menewaskan satu pelajar SMA Muhammadiyah I Yogyakarta menjadi keprihatinan tersendiri di dunia pendidikan di Yogyakarta. Meskipun aksi tersebut terjadi di luar kompleks sekolahan dan dil uar jam sekolah, namun hal tersebut menjadi perhatian khusus Dinas Pendidikan Yogyakarta.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Edy Hery Suasana mengatakan, pihaknya akan mengintensifkan kegiatan yang mempertemukan pada pelajar yang sering klitih di Yogyakarta. "Kita kerja sama dengan pihak sekolah yang sudah memiliki peta pelajar mana saja yang sering klitih," ujarnya, Rabu (14/12).
Para pelajar di Yogya yang sudah diindikasi sering klitih ini kemudian dikumpulkan dalam satu forum. Mereka kemudian diikutkan outbond dengan beberapa tahap pelaksanaan. Outbond sendiri digelar bekerjsama dengan TNI dan Polri di DIY. "Anak-anak yang kelebihan energi ini kita outbond-kan bareng," katanya.
Dalam satu tahap pelaksanaan outbond digelar selama 3 hari. Dengan beberapa treatment permainan yang mengutamakan kesadaran bersama, gotong royong dan kebersamaan ini pihaknya optimis aksi klitih pelajar semakin berkurang. "Kegiatan ini sudah kita gelar sejak 2012 dan akan terus kita kembangkan lagi," ujarnya.
Dari kegiatan ini kata Edy, sudah muncul beberapa forum pelajar yang kemudian menggelar aksi positif. Tadinya mereka berkelompok sendiri-sendiri dan sering klitih, namun sekarang memiliki forum bersama pelajar lain dan menggelar kegiatan positif. Edy mencontohkan adanya Forum Pelajar Peduli Yogya yang sering menggelar aksi pembersihan vandalisme di Yogyakarta.
Selain kegiatan outbond bersama pelajar yang sering klitih, pihaknya juga menggelar program optimalisasi peran orang tua. Ini juga dilakukan bekerja sama dengan sekolah melalui pertemuan rutin orang tua siswa dengan pihak sekolah.