REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Militer Cina melaksanakan latihan penembakan untuk pertama kali menggunakan kapal induk dan jet tempur di sebelah timur laut Laut Bohai yang berdekatan dengan Korea.
Kehadiran militer Cina yang semakin membesar di kawasan sengketa Laut Cina Selatan telah menimbulkan perhatian, dengan Amerika Serikat mengkritisi pangkalan militer maritim dan menguasai patroli laut dan udara untuk memastikan kebebasan navigasi.
Sebanyak 10 kapal perang dan 10 pesawat terlibat latihan pertempuran udara ke udara, udara ke laut, dan laut ke udara yang turut menggunakan peluru kendali, sebagaimana yang dilaporkan pewarta TV Pusat Cina (CCTV), Kamis (15/12). "Ini adalah pertama kalinya skuadron kapal induk melangsungkan latihan dengan amunisi aktif dan pasukan secara nyata," ujarnya.
Kapal induk Liaoning yang berasal dari Rusia dan sebuah kapal perang melaksanakan skema pencegatan udara, latihan antipesawat dan antirudal, di mana jet tempur J-15 Shenyang yang membawa rudal aktif juga ikut dilibatkan," CCTV melaporkan.
Pada Rabu, pengamat dari Amerika Serikat mengatakan Cina telah memasang sistem pertahanan antipesawat dan antirudal pada pulau buatan di Laut Cina Selatan. Tidak ada negara lain yang mengklaim di Laut Bohai, sebuah jalur perairan di Timur Laut yang sibuk.
Latihan tersebut bertujuan menguji tingkat kemampuan perlengkapan dan pasukan, kata nara sumber resmi dari Angkatan Laut Cina kepada Layanan Pemberitaan Cina. Pada Sabtu pekan lalu, pesawat terbang militer Cina juga diketahui terbang di antara Pulau Okinawa dan Pulau Miyako, Jepang, dan di atas perairan dekat Taiwan, yang dipandang sebagai provinsi yang membangkang oleh Beijing. Antara Cina (daratan) dengan Taiwan dipisahkan Selat Formosa.
Jepang protes kepada Cina atas keluhan Cina yang menyatakan pesawat tempur Angkatan Udara Bela Diri Jepang terlibat dalam perilaku yang "berbahaya dan tidak profesional" saat mereka bergerak ketika pesawat Cina terbang dekat pulau-pulau Jepang.
Dalam pernyataan di laman resmi mereka, Angkatan Udara Cina mengatakan, latihan itu kegiatan militer biasa. "Ini merupakan misi, tanggung jawab angkatan udara, ini sesuai hukum, beralasan dan adil, dan terjadi seperti yang dahulu sesuai rencana," ujarnya.