Sabtu 17 Dec 2016 13:26 WIB

‎Pakar: Koperasi Syariah Fardhu Kifayah Bagi Umat

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Ilham
Syafii Antonio
Foto: .
Syafii Antonio

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membangun ekonomi syariah dinilai sangat penting. Umat Islam harus mampu menggali cara bagaimana agar mendapat kekuatan dan kemuliaan ekonomi serta menjadi tuan rumah di rumahnya sendiri.

Pakar ekonomi syariah, Syafii Antonio mengatakan, kekuatan ekonomi dapat mendatangkan keuntungan bagi umat Islam, misalnya dalam membangun dakwah dan meningkatkan martabat umat. Dia menyebut, selama ini pemahamanan umat Islam terkait fardhu kifayah cenderung terbatas. Saat ditanya tentang contoh fardhu kifayah, hampir semua umat Islam menyebut shalat jenazah.

Menurut Syafii, itu contoh yang benar namun 'salah'. Artinya, contoh tersebut benar, namun salah apabila umat hanya menempatkan hal itu-itu saja.

Fardhu kifayah adalah suatu kewajiban kolektif terhadap satu kaum untuk melakukan tugas tertentu. Apabila sudah dilakukan oleh beberapa orang, maka gugurlah keajiban itu. Syafii menyebut, fardhu kifayah bukan hanya urusan tentang orang mati atau jenazah saja, tetapi yang lebih penting yakni urusan terhadap mereka yang masih hidup, salah satunya di bidang ekonomi.

"Apakah mungkin ekonomi rakyat bisa jalan tanpa bank, instrumen, produk, dan capital market? Itu fardhu kifayah. Kalau kita serahkan industri keuangan ke pihak asing yang saat ini mencapai 55 persen, itu sama saja kita tidak menjalankan fardhu kifayah," ujarnya di acara Musyawarah Pembentukan Koperasi Syariah Dua Satu Dua di Jakarta, Sabtu (17/12).

Dia mengatakan, haji adalah milik umat Islam, namun yang menguasai ekonominya adalah asing. Dari sekian rupiah biaya haji yang disetorkan oleh calon jamaah, sebagiannya digunakan untuk membayar tiket pesawat. Namun faktanya, pesawat-pesawat tersebut buatan asing seperti Boeing (Amerika Serikat) dan Air Bus (Inggris dan Prancis).

Saat tiba di Tanah Suci pun, bus yang mengangkut jamaah pun buatan Jerman, Cina, dan Jepang. Begitu juga dengan hotel, tenda, hingga tasbih. "Berarti setiap tahun umat Islam 'bersedekah' kepada mereka. Kita yang haji orang lain yang pesta pora dan terima keuntungan," ujar Syafii.

Kemerdekaan yang diraih Indonesia tak lepas dari perjuangan kyai dan ulama. Sayangnya, kata dia, setelah bangsa ini tumbuh besar dan maju, ekonomi bukan dikuasai oleh umat atau keturunan yang berjuang memerdekakan. "Ini harus bergerak karena tuntutan sejarah. Harus berjuang dan bergerak untuk kekuatan umat dan bangsa. Kita laksakanakan fardhu kifayah," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement