REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Warga Kabupaten Lebak diminta mewaspadai gigitan ular berbisa sehubungan curah hujan di daerah itu cenderung meningkat.
"Peringatan kewaspadaan guna menghindari korban gigitan ular berbisa," kata Kabid Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dr Firman Rachmatullah di Lebak, Sabtu (17/12).
Selama ini, intensitas curah hujan di Lebak cenderung meningkat dengan kapasitas ringan dan sedang.
Biasanya, musim hujan tersebut ular tanah (Ankistrodon rhodostoma) berkeliaran di ruas jalan, kebun, permukiman warga dan di bawah pohon yang suhunya dingin. Populasi ular berbisa di Kabupaten Lebak tersebar di 28 kecamatan dan sangat mematikan jika mengalami keterlambatan mendapat pertolongan medis.
"Kami minta warga waspada terhadap gigitan ular berbisa itu," katanya.
Ia mengatakan, saat ini warga yang menjadi korban gigitan ular berbisa dapat diselamatkan jiwanya jika cepat ditangani medis. Sebab saat ini sudah terpenuhi obat-obatan anti-serum tersebut. Selama ini, populasi ular berbisa di Lebak masih banyak karena habitatnya di hutan-hutan belukar juga di halaman rumah.
Ia menginstruksikan petugas medis di Puskesmas agar mewaspadai gigitan ular berbisa. Pengalaman tahun-tahun lalu gigitan ular berbisa muncul pada musim hujan karena binatang melata itu keluar dari lubang untuk mencari perlindungan. "Kami menjamin semua obat anti bisa ular (ABU) di Puskesmas-Puskesmas mencukupi," katanya.
Kepala Puskesmas Cipanas Kabupaten Lebak Supriatna mengatakan saat ini korban gigitan ular berbisa di wilayahnya cukup tinggi hingga mencapai 50 kasus. Sebagian besar warga korban ular berbisa itu digigit setelah membersihkan semak belukar di ladang-ladang yang menjadikan sumber penghasilan ekonomi warga. "Kami minta jika warga pergi ke ladang sebaiknya menggunakan sepatu karet atau sepatu bot untuk menghindari gigitan ular berbisa itu," katanya.