REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hujan yang turun selama tiga hari terakhir di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara telah menyebabkan banjir dan longsor. Lima orang meninggal dunia akibat banjir dan longsor tersebut. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, longsor yang terjadi di Paal 4 pada Kamis (15/12) pukul 23.30 Wita menimbun dua warga yaitu bapak dan anaknya.
"Tim SAR gabungan berhasil menemukan korban Miton Abdulah (bapak) pada Jumat (16/12) pukul 04.00 Wita. Sedangkan anaknya atas nama Sergio baru berhasil ditemukan pada Sabtu (17/12) pukul 15.00 Wita. Keduanya ditemukan dalam kondisi sudah meninggal dunia," ujar Sutopo, Ahad (18/12).
Sementara itu, banjir pada Kamis siang telah menghayutkan Idrus Mangantar (20) di Kombos Timur Manado di bagian dari dari daerah aliran sungai (DAS) Tondano. Korban ditemukan di Singkil oleh Polair Polresta Manado pada Sabtu pukul 14.00 Wita.
"Banjir juga menghanyutkan anak-anak (Keiza, 7) di Sungai Bailang Kelurahan Tuminting. Korban ditemukan pada Jumat siang dalam kondisi sudah meninggal dunia," jelas Sutopo.
Di tempat lain, petugas menemukan korban hanyut laki-laki dewasa ditemukan di tepi pantai belakang Megamas pada Sabtu pukul 15.00 Wita. Korban belum teridentifikasi dan masih di rumah sakit.
Banjir melanda beberapa kelurahan di Kota Manado seperti Tuminting, Sario, Taas, Banjer, Tumumpa, Paal 2, Dendengan Luar, Ternate Tanjung, Ternate Baru dan Ketang Baru pada Kamis (15/12) hingga Jumat (16/12). Longsor juga terjadi di beberapa kelurahandi Kota Manado secara bersamaan yaitu di Kelurahan Pakowa, Dendengan Dalam, Bumi Nyiur, Kampung Islam dan Paal 4.
BPBD Manado dan BPBD Prov.Sulut telah menyerahkan bantuan kepada keluarga korban berupa kasur, makanan siap saji, selimut, makan untuk petugas, dan lainnya. Masyarakat Kota Manado diimbau untuk waspada dari banjir dan longsor. Kota Manado rawan tinggi dari banjir dan longsor.