Ahad 18 Dec 2016 21:30 WIB

Ketika Petani Madu Rasakan Manfaat Program Zakat

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Agung Sasongko
Madu
Foto: AP
Madu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program pemberdayaan ekonomi umat dari lembaga amil zakat memberi dampak cukup signifikan bagi para mustahik. Lewat pemberdayaan ekonomi mikro, penerima zakat alias mustahik, bahkan dapat menjadi muzakki karena sudah mampu memiliki pendapatan layak dengan nasab yang sudah memenuhi persyaratan wajib zakat.

Eman Sulaeman adalah salah satu contoh sukses program lembaga zakat. Petani madu asal desa Ujung Jaya, Pandeglang, Banten, ikut program Dompet Dhuafa yang memberi bantuan bagi para petani madu.

Sebelum Dompet Dhuafa membantu dia dan petani-petani madu lain di desanya, rutinitas Eman sebagai petani madu hutan memang telah berjalan. Para petani madu juga tergabung dalam sebuah perkumpulan bernama Kelompok Tani Madu Hutan Ujung Kulon yang dibentuk pada 2010.

Lembaga  ini menjadi wadah para petani madu untuk berupaya mandiri. "Bahkan, kita mendirikan sebuah koperasi yang bernama Koperasi Hanjuang pada 2012 untuk membantu proses pemasaran," ujarnya kepada Republika, Senin (12/12).

Kendati demikian, proses pemasaran memang tidak mudah. Eman menjelaskan, kualitas madu hutan yang dijual masih kurang bagus. Para petani belum memiliki alat pengolahan dan penopang produksi. Selain itu, mereka belum memiliki alat pengemas agar madu hutannya dapat dijual secara eceran.

Pada 2014, Dompet Dhuafa datang ke desa untuk menawarkan program pemberdayaan ekonomi. Secara garis besar, dia mengatakan, lembaga zakat yang dilahirkan Republika ini ingin mengembangkan dan memperluas bisnis madu hutan tersebut.

"Jadi, selain di desa Ujung Jaya, Dompet Dhuafa ingin agar kegiatan pertanian madu hutan ini juga dilakukan oleh tiga desa lainnya yang berada di sekitar desa Ujung Jaya," ujarnya.

Berkat program itu, usaha madu Eman dan para petani madu lainnya bisa terbantu. Dompet Dhuafa memberikan peralatan pendukung pertanian dan produksi. Tak hanya itu, para petani juga diberikan modal usaha.

Sebelum datangnya Dompet Dhuafa, menurut Eman, para petani madu hutan di desanya memang biasa menjual hasil panen secara curah atau tidak diecer. Selain tidak memiliki alat pengemasan, para petani juga belum memiliki mesin pengurang kadar air dalam madu. Eman mengatakan, kadar air dalam madu hutan memang lebih tinggi dibandingkan madu ternak.

Alat dan mesin pengolah madu itu yang diberikan Dompet Dhuafa. "Jadi, saya dan petani lainnya diberikan bantuan berupa mesin pengurang kadar air untuk mengolah madu dan alat pengemas. Setelah punya alat dan mesin ini, kita mulai jual madu hutan secara ecer dalam bentuk kemasan," kata dia.

Menurut Eman, program Dompet Dhuafa mampu menyejahterakannya dan para petani madu hutan lainnya. Kini, para petani madu hutan yang tergabung dalam koperasi, sudah mampu menyisihkan penghasilanya untuk berzakat, infak, dan bersedekah. Mereka juga sudah mampu menyantuni anak-anak yatim yang berada di sekitar desa Ujung Jaya.

  "Jadi, kita sisihkan dana bersama dari koperasi untuk diamalkan. Dana amal atau infak ini kita salurkan kembali melalui Dompet Dhuafa," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement