REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Atlet DKI Jakarta cabang atletik nomor sapta lomba dan 100 meter gawang, Emilia Nova mengatakan, pembentangan spanduk berisi kekecewaan memang sudah direncanakan oleh semua nomor cabang olahraga yang berlaga di Pekan Olahraga Nasional XIX Jawa Barat 2016 (PON XIX Jabar 2016). Mereka membawa spanduk bertuliskan ‘keringat dan darah sudah kami curahkan, tanggung jawab sudah kami selesaikan, kami hanya ingin hak yang dijanjikan dituntaskan’ dan ‘Kami tidak pernah menuntut apa-apa. Tolong hargai pengorbanan kami yang sudah meninggalkan masa remaja kami dan keluarga kami untuk DKI Jakarta’.
Emilia mengatakan, kejadian ini bermula dari manajer cabor tinju DKI Jakarta Richard Engkeng meneriakkan kekecewaannya terkait pemberian bonus yang tidak sesuai dengan janji sebelumnya saat Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono, Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) DKI Jakarta Raja Sapta Ervian, dan Kepala Dinas Olahraga dan Pemuda (Kadisorda) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Firmansyah memasuki Balai Agung pada acara tali asih atlet. Acara tersebut digelar di Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (16/12) malam WIB.
“Jadi tuh pertama memang udah direncanain sama cabang-cabang olahraga semuanya. Nah, tapi sebenarnya kita belum mau ini belum mau ituin (angkat) spanduk. Nah kebetulan ada manajer tinju yang tiba tiba, pas ketua KONI, ketua Dinas dan Plt Gubernur masuk, nah teriak-teriak kan,” kata Emilia saat dihubungi oleh Republika, Ahad (18/12).
Semua atlet yang hadir, Emilia mengatakan, hanya menunjukkan kekecewaanya pada pihak-pihak yang bersangkutan. Sebab mereka dijanjikan mendapat bonus satu miliar untuk peraih medali emas.
“Iya, Rp 1 miliar, tapi dikaji lagi. Jadi, atlet itu bonusnya Rp 350 juta satu emasnya. Disetujuin sama Ahok dan KONI. Pada saat Ahok cuti, itu bonus ditahan tiga bulan. Tali asih itu kan (acaranya) malam, jam setengah satu siang itu sudah ditransfer. Sebelum (acara) tali asih sudah di transfer, terus kita belum tahu itu. Belum tahu nominalnya berapa,” ujarnya.
Emilia sudah memeriksa nominalnya setelah pengiriman uang bonus tersebut. “Saya sudah ngecek, jadi satu emasnya Rp 200 juta. Kan kita atlet sudah ngorbanin masa remaja kita, sudah ngorbanin pendidikan, sudah ngorbanin segala macam. Belum lagi kalau kita cedera gitu, kita berobat ke sana, ke sini. Terus pelatih saya mikirin program untuk saya, mikir psikologis saya segala macam, tapi ya dihargainnya cuma segitu,” katanya. Ia mengatakan, nominal pemberian bonus Rp 350 juta berubah karena peraturan dari Kemenpora.
Atlet Karate DKI Jakarta, Maya Sheva mengungkapkan kekecewaannya lewat pesan singkat Whatsapp yang diterima oleh Republika. Ia kecewa nominal bonus yang dijanjikan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh semua atlet.
“Kecewa tentang nominal bonus yang dijanjikan satu miliar, ternyata cuma Rp 200 juta untuk yang emas. Tidak sesuai dengan apa yang diharapkan semua atlet,” kata Maya.