REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Adaro akan mengembangkan bisnisnya secara terintegrasi yang memadukan antara pembangkit listrik, tambang batu bara, dan logistik. Hal ini dinilai langkah yang paling tepat mengingat pemerintah juga mempunyai proyek listrik 35 ribu Megawatt.
Cooporate Secertary PT Adaro, Mahardika Putranto menjelaskan, nantinya Adaro akan memfokuskan pemenuhan kebutuhan batu bara dalam negeri dan kebutuhan untuk pembangkit listrik. Dika menjelaskan, saat ini ada dua proyek pembangkit listrik yang akan mulai konstruksi pada tahun depan yakni PLTU Batang dan PLTU Tanjung.
"Kita ke depan masih mau menguatkan integrated bisnis kita. Kan ada tiga pilar penting tuh antara mining, power plant, dan logistik. Nah kita mau fokus ke power plant bisnis kita sendiri," ujar Dika di Jakarta, Senin (19/12).
Dika menjelaskan Adaro ingin memastikan bahwa produksi tambang batu bara bisa mencukupi kebutuhan dari proyek pembangkit listrik yang saat ini sedang dikembangkan. Dika menjelaskan beberapa proyek yang berjalan bermasa kontrak sekirar 20 tahun hingga 25 tahun. Sedangkan cadangan yang ada saat ini sekitar 400 juta ton per tahun hanya bisa memenuhi kebutuhan batu bara 19 tahun ke depan.
"Nah jadi kita harus maintanance betul ini. Jangan sampai missmatch. Kan nggak lucu juga kalau nantinya kita impor," ujar Dika.
Ke depan, Adaro memastikan akan tetap menetapkan kuota produksi batu bara 11,3 juta ton per tahun. Produksi ini nantinya akan diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pembangkit listrik.