Senin 19 Dec 2016 19:12 WIB

Mantan Presiden Israel yang Memperkosa Bebas Bersyarat

Mantan Presiden Israel, Moshe Katsav.
Foto: AP
Mantan Presiden Israel, Moshe Katsav.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sebuah dewan pembebasan bersyarat Israel pada Ahad (18/12) memerintahkan pembebasan mantan presiden Moshe Katsav setelah menjalani lima dari tujuh tahun hukuman penjara dalam kasus pemerkosaan dan kejahatan seksual lain.

"Ini perjalanan yang sangat panjang. Hari ini, perjalanan itu mencapai akhir dengan keputusan yang masuk akal dari komite pembebasan bersyarat," kata pengacaranya, Tzion Amir dalam pernyataan yang disiarkan di radio militer Israel, dikutip Antara News.

Pejabat pengadilan tidak bisa dikontak untuk mendapat informasi lebih lanjut, namun media menyebut pembebasan Katsav akan dibekukan selama tujuh hari supaya jaksa bisa memutuskan apakah akan mengajukan banding atas keputusan tersebut.

Kendati demikian para pengamat mengatakan kecil kemungkinan jaksa akan mengajukan banding atas keputusan itu. Amir mengatakan Katsav (70 tahun) menangis saat mendengar putusan itu.

Katsav mulai menjalani hukuman pada Desember 2011 dan permohonannya ditolak dua kali oleh dewan pembebasan bersyarat sejak dia memenuhi syarat mengajukan pengurangan sepertiga masa hukuman karena berkelakuan baik selama di balik jeruji besi.

Permohonan sebelumnya ditolak sebagian karena dia tidak menunjukkan penyesalan atas kejahatannya dan tidak menjalani proses rehabilitasi. Kelompok hak asasi perempuan terutama mengkritik penolakannya mengakui fakta-fakta yang berujung pada penghukumannya dan menyatakan penyesalan.

Media Israel melansir dewan pembebasan bersyarat mendapati Katsav belakangan mengalami perubahan. "Tahanan dimintai banyak pertanyaan oleh anggota komisi mengenai seluk-beluk kejahatan, posisi korban, sikapnya kepada para korban dan pemahamannya mengenai tindakan dan konsekuensinya, dan anggota komisi terkesan dengan kejujuran niatnya," demikian laporan surat kabar Haaretz, mengutip pernyataan dewan pembebasan bersyarat.

Setelah dibebaskan, Katsav akan menghadapi pembatasan gerakan, termasuk larangan perjalanan ke luar negeri dan keharusan berada di rumah antara pukul 22.00 hingga 06.00 waktu setempat. Sumber-sumber pengadilan juga mengatakan dia tidak akan diizinkan diwawancarai selama dua tahun atau selama sisa waktu masa hukumannya.

Keputusan membebaskannya juga dikritik anggota parlemen dari oposisi, termasuk pemimpin Partai Meretz, Zehava Galon. "Ini pesan berbahaya kamu bisa menyerang perempuan dan lolos dengan itu dengan hukuman lebih singkat dari yang kau dapat jika koneksimu bagus," katanya dalam satu pernyataan.

Katsav tetap mengaku tidak bersalah meski sudah dijatuhi hukuman pada Desember 2010 dalam dua kasus pemerkosaan, pelecehan seksual, tindakan tidak senonoh dan menghambat pengadilan. Birokrat kelahiran Iran yang bangkit dari kemiskinan sebagai anak imigran dan menjadi pejabat tertinggi itu mundur pada Juni 2007 dan menjadi orang buangan dalam politik.

Anggota partai sayap kanan Likud itu pada 2000 menjadi presiden konservatif Israel pertama yang lahir di negara Islam. Berbulan-bulan dia bertahan menghadapi tekanan publik untuk mundur sebelum akhirnya mengundurkan diri pada 2007. Katsav masuk penjara Ma'asiyahu di dekat Tel Aviv pada 7 Desember 2011, dan menjadi presiden Israel pertama yang dipenjara sejak negara itu dibentuk pada 1948.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement