Senin 19 Dec 2016 19:34 WIB

Perpustakaan Sukabumi Siapkan Literatur Khusus Difabel

Seorang penyandang tuna netra membaca sari tilawah Alquran dengan menggunakan cetakan huruf braile.  (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Seorang penyandang tuna netra membaca sari tilawah Alquran dengan menggunakan cetakan huruf braile. (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Pemerintah Kota Sukabumi, Jawa Barat menyiapkan kelengkapan sarana dan prasarana khusus literatur bagi pelajar difabel setelah kota tersebut dicanangkan sebagai Kota Literasi.

"Kami akui, hingga saat ini fasilitas literatur bagi difabel atau berkebutuhan khusus seperti buku yang menggunakan huruf braile masih terbatas, serta perbendaharaan buku yang masih terbatas," kata Kepala Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Sukabumi Nicke Siti Rahayu, Senin (19/12).

Menurutnya, hingga saat ini perpustakaan milik daerah yang dikelola Pemkot Sukabumi sudah memiliki ini 150 buku yang menggunakan huruf braile untuk mempemudah warga yang berkebutuhan khusus bisa mencari literatur yang dibutuhkannya. Namun, jumlah buku tersebut memang masih terbatas. Ke depannya pihaknya akan terus menambah berbagai jenis buku yang disesuaikan dengan kebutuhan warga atau pelajar difabel.

Perpusatakaan daerah ini tidak diskriminasi dalam penyediaan sarana dan prasarana untuk kaum berkebutuhan khusus, bahkan satu-satunya yang menyediakan buku braile. Untuk penambahan literatur tersebut harus disesuaikan dengan anggaran, selain itu ketersediaan karena tidak semua judul buku, disertai dengan huruf braile.

"Wali Kota Sukabumi, M Muraz juga berjanji ke depannya menyediakan laptop khusus untuk difabel. Ini dilakukan agar warga berkebutuhan khusus semakin minat datang ke perpustakaan," kata Nicke.

Kepala SLB A Budi Nurani, Tanti R Kanti mengatakan untuk mengatasi keterbatasan literatur yang dibutuhkan muridnya sebagai penyandang tuna netra, biasanya ia menyadur buku dan cerita lawas dengan memakai printer braile. Selain itu, untuk melaksanakan progam pencanangan Kota Literasi, setiap anak didiknya membiasakan membaca terlebih dahulu selama 15 menit sebelum kegiatan belajar dilaksanakan.

"Agar pelajar tidak bosan hanya belajar di sekolah, kami juga rutin mengajaknya ke perpustakaan daerah, apalagi ada buku yang menggunakan huruf braile walaupun jumlahnya terbatas," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement