Selasa 20 Dec 2016 00:20 WIB

BI Jatim Temukan 14.383 Lembar Uang Rupiah Palsu

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nidia Zuraya
Uang Palsu. ilustrasi
Uang Palsu. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah Jawa Timur menemukan 14.383 lembar uang palsu selama Januari-November 2016. Uang palsu (upal) ini ditemukan di 11 kota/kabupaten di bawah wilayah kerja Kpw BI Jatim.

Kepala Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Kpw BI Jatim, Hestu Wibowo menyebutkan, temuan upal terbilang stabil, tidak naik maupun turun secara signifikan. Dari Januari sampai November masing-masing temuan upal 1.893 lembar, 1.485 lembar, 1.804 lembar, 1.242 lembar, 1.121 lembar, 823 lembar, 938 lembar, 1.388 lembar, 1.159 lembar, 1.457 lembar, dan 1.073 lembar. Upal ini terdiri atas pecahan bertulis 2.000 hingga 100 ribu.

“Temuan upal ini bersumber dari informasi perbankan, bagian pengolahan uang dari setoran perbankan, laporan masyarakat, dan laporan dari kepolisian,” kata Hestu saat ditemui Republika di ruang kerjanya, Senin (19/12).

Dari belasan ribu lembar uang palsu tersebut, paling banyak uang palsu dengan desain nominal 100 ribu dan 50 ribu yang masing-masing mencapai 7.696 lembar dan 4.511 lembar. Menurut Hestu, pecahan Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu banyak dipalsukan karena lebih banyak transaksi yang dilakukan dengan pecahan tersebut.

Selain itu, para oknum pemalsu uang lebih diuntungkan karena memalsukan uang berapa pun hukumannya tetap sama. “Nominal ini termasuk uang pecahan besar yang lebih banyak digunakan sehingga menguntungkan pelaku pemalsuan uang,” imbuhnya.  

Menurutnya, temuan upal yang tidak terlalu naik signifikan ini mengindikasikan meningkatnya pemahaman masyarakat terkait ciri-ciri uang palsu. Desain uang juga terus diperbaiki sehingga lebih sulit untuk dipalsukan. BI, kata Hestu, melakukan sosialisasi secara berkala di setiap sudut kota maupun pelosok desa.

“Sosialisasi cikur (ciri-ciri keaslian uang rupiah) terus dilakukan, bahkan masyarakat desa sudah paham 3D. Saat menerima uang, mereka otomatis memeriksa keasliannya,” jelas Hestu.

Ia menambahkan, desain baru uang pecahan yang diluncurkan pada Senin  (19/12) kemarin juga memiliki tingkat pengamanan lebih tinggi. Di antaranya, dari teknik pencetakan, benang pengaman, dan tanda-tanda mikro. “Ada beberapa yang kami perbarui sehingga menyulitkan oknum yang memalsukan uang. Ada anti copy-nya juga sehingga uang asli tidak bisa di-fotocopy,” terangnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement