REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Beberapa kota di Cina bagian utara membatasi jumlah mobil di jalan dan sementara menutup pabrik pada Senin untuk mengurangi polusi udara. Tingkat polusi udara di Cina sudah mendapat sinyal lampu merah.
Dilansir dari NBC News, Selasa (20/12), lebih dari 700 perusahaan berhenti produksi di Beijing. Polisi lalu lintas membatasi pengemudi dengan memantau nomor plat mereka. Puluhan kota menutup sekolah-sekolah dan mengambil langkah darurat lain.
"Asap itu memiliki dampak serius pada paru-paru dan sistem pernafasan, dan juga mempengaruhi kesehatan generasi mendatang, sehingga di bawah peringatan lampu merah, lebih aman untuk tinggal di rumah daripada ke sekolah," kata Li Jingren (15 tahun), siswa sekolah menengah atas di Beijing.
Rumah sakit juga menyiapkan tim dokter untuk menangani lonjakan kasus penyakit yang berhubungan dengan polusi. Polusi udara di Cina disinyalir berasal dari ketergantungan pada batubara dan emisi gas buang mobil-mobil tua. Polusi menyebabkan penerbangan di beberapa kota dan lalu lintas jalan raya terganggu karena jarak pandang rendah.
Juru kampanye Greenpeace di Beijing menambahkan, emisi pabrik dari provinsi sekitar menjadi penyebab utama polusi di ibukota. "Lapisan asap di Beijing bergerak perlahan dari selatan ke daerah perkotaan di Beijing, kemudian ke utara. Anda dapat dengan mudah menemukan sebaran besar kabut asap di daerah selatan Beijing," kata Dong Liansai.
Ahad lalu, situs-situs berita mengatakan jumlah anak-anak yang dibawa ke rumah sakit Beijing akibat kesulitan bernapas melonjak. Beijing dan kota-kota lain telah mencoba meningkatkan kualitas udara dengan beralih dari pembangkit listrik tenaga batubara ke gas alam, serta meluncurkan armada bus tenaga listrik.