REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dunia dikejutkan dengan insiden pembunuhan pejabat Rusia yang terjadi di depan banyak orang. Duta besar Rusia untuk Turki, Andrey G Karlov, ditembak hingga tewas di tempat oleh oknum kepolisian Turki, Mevlut Mert Altintas, Senin
(19/12) malam waktu Ankara.
Saat itu, Karlov sedang menyampaikan kata sambutan di sebuah pameran seni di Ibukota Turki. Siapakah sosok Andrey G Karlov? Seperti dilansir The New York Times, dia menjabat sebagai duta besar Rusia untuk Turki sejak Juli 2013.
Pria kelahiran Moskow 1954 itu memulai karier diplomatik pada usia 20 tahun. Ia adalah lulusan Institut Hubungan Internasional Moskow. Dia menikah dan dikaruniai satu orang putra. Menurut sumber The New York Times, istrinya langsung pingsan dan kini dalam perawatan rumah sakit begitu mendengar kabar kematian Karlov.
Sebelum menjadi dubes di Turki, Karlov sempat bertugas sebagai duta besar Rusia untuk Korea Utara. Para koleganya mengenang Karlov sebagai sosok yang ramah serta bertutur kata baik.
Selama bertugas di Turki, Karlov kerap dikritisi mengenai peran Rusia dalam Perang Saudara di Suriah. Karlov sempat dipanggil otoritas Turki di Ankara agar menyampaikan pesan kepada Moskow. Itu setelah Rusia menjatuhkan bom di Suriah utara yang menarget orang-orang Turki.
“Aksi Rusia itu bukanlah melawan teror, melainkan pengeboman atas desa-desa yang dihuni orang-orang sipil Turki. Ini bisa berakibat serius,” kata Menteri Luar Negeri Turki kala itu.
Beberapa bulan lalu, Turki menembak jatuh jet Rusia yang terbang di wilayah dekat perbatasan Turki-Suriah. Otoritas Tukri lagi-lagi memanggil Karlov agar menyampaikan keberatan Turki terhadap Rusia yang dinilai telah melanggar kedaulatan udara. Namun, ketegangan politik Rusia dengan Turki cukup berkurang belakangan ini.
Presiden Putin telah mengomentari insiden tersebut. Pemimpin Rusia itu menilai, penembakan atas dubes Rusia merupakan provokasi untuk merusak hubungan Rusia-Turki.