Rabu 21 Dec 2016 14:46 WIB

Jonan Hampir Usir Kontraktor Pengembang Listrik Arus Laut, Ada Apa?

Menteri ESDM Ignasius Jonan
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Menteri ESDM Ignasius Jonan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan bercerita sempat hampir mengusir kontraktor pengembang tenaga listrik arus laut.

"Pokoknya langsung saja berapa biaya per Kwh-nya (kilowatt per jam), ketika calon pengembang menjawab 20 sen, saya ingin langsung usir keluar, karena itu mahal dan tidak efisien," kata Jonan ketika menghadiri acara diskusi akhir tahun Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) di Jakarta, Rabu (21/12).

Alasan Jonan cukup rasional, sebab kondisi saat ini ia menginginkan pembangkit listrik yang bisa menghasilkan tenaga listrik konsisten, namun biayanya di bawah 10 sen. Biaya 10 sen per Kwh saat ini dirasa Jonan masih terlalu mahal dan kurang efisien, maka itu ia tidak akan menyetujui apabila biaya operasionalnya tidak lebih baik dari saat ini.

Kemudian ia juga menjelaskan bahwa saat ini ia sedang mempelajari murahnya biaya operasional pembangkit listrik tenaga surya yang dimiliki oleh Uni Emirat Arab (UEA). Dua pembangkit listrik tenaga surya di UEA masing-masing diketahui menghasilkan 150 MW dan 200 MW.

Hal yang membuat Jonan takjub adalah biaya per Kwh dari pembangkit 150 MW memiliki biaya operasional kisaran 2 sen lebih, dan untuk hasil 200 MW mempunyai biaya sekitar 2,24 sen. Sedangkan jika dibandingkan dengan di Indonesia, biaya per Kwh bisa lebih dari 10 sen.

Ia masih penasaran dengan besarnya margin antara biaya operasional di UEA dan Indonesia bisa terlalu jauh, padahal berpatokan dari matahari yang sama. Jonan mengaku sudah mengagendakan pertemuan langsung dengan menteri bidang energi UEA untuk mempelajari lebih lanjut secara detail mengenai proses pengembangan tenaga surya di UEA.

"Biar bagaimana, jika menghasilkan energi besar namun biaya operasional juga besar, berarti hal tersebut tidak efisien serta menjadikan industri tidak kompetitif," kata Jonan yang juga pernah menjadi Menteri Perhubungan tersebut.

Jonan menilai daya beli masyarakat untuk listrik masih membutuhkan biaya yang relatif terjangkau, sehingga biaya produksi harus semurah mungkin agar harga jual di masyarakat bisa ditekan seminimal mungkin.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement