REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan terus mencari pintu-pintu baru dalam memasarkan produk dalam negeri. Dua negara yang mulai dijadikan fokus adalah Dubai dan Rusia. Negara ini menjadi pilihan karena sangat berdekatan dengan dua benua yakni Asia dan Eropa.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Arlinda mengatakan, potensi kedua negara dalam sebagai pintu masuk produk Indonesia sangat baik. Letak geografis dan tingkat ekonomi yang mapan membuat banyak produk dari Indonesia bisa dijual melalui negara ini.
"Kalau Dubai ini kan cukup dekat dengan negara di Eropa dan Afrika. Nah Rusia ini sangat dekat dengan Eropa Timur. Negara Rusia juga luas dan dekat dengan banyak negara lain," kata Arlinda ditemui di gedung Indonesia Design Development Center, Jakarta, Rabu (21/12).
Arlinda menjelaskan, untuk saat ini dua negara yakni Dubai dan Rusia lebih banyak menyerap produk seperti makanan, minuman, furnitur, dan pernak-pernik. Di Rusia misalnya, telah terdapat house of Indonesia yang dikelola langsung oleh pelaku usaha setempat. Toko yang bertempat di Moskow tersebut mengambil sejumlah barang dari Indonesia untuk kemudian disebarluaskan di toko-toko cabang yang ada di seluruh Rusia, bahkan yang berbatasan dengan sejumlah negara lain di Asia. Hal ini secara tidak langsung menjadikan pelaku usaha ini sebagai perpanjangan atau agen produk Indonesia di Rusia.
Selain itu, saat ini Kemenag tengah berupaya untuk ikut serta dalam acara Food City yang akan diselenggarakan di Moskow. Terdapat sedikitnya 30 negara yang akan ikut serta dalam kegiatan ini. Kemendag akan menggandeng 5-10 pelaku usaha dari Indonesia untuk turut serta mengisi stand yang nantiny akan disediakan.
Hal serupa terjadi di Dubai. Saat ini pelaku usaha di dubai cukup banyak menyerap produk makanan dan minuman serta barang lainnya dari Indonesia. Produk-produk ini tidak hanya dikonsumsi di Dubai sendiri, tetapi dijual juga keluar Dubai. Alhasil banyak negara tetangga Dubai yang kemudian mengetahui kualitas produk Indonesia.
"Untuk tahap awal di negara ini memang masih produk kecil seperti makanan dan minuman serta funitur. Tapi ke depan kita yakin akan banyak produk lain yang bisa dipasarkan," ungkap Arlinda.
Dia menjelaskan, selain Dubai dan Rusia yang memang mulai menjadi pintu masuk baru bagi peredaran barang dari Indonesia, terdapat beberapa negara Eropa yang cukup banyak menjadi tangan kedua dari pelaku usaha Indonesia. Jerman contohnya, di negara ini terdapat beberapa agen yang telah menjual pulp and paper produksi Indonesia. Selain itu, masyarakat Jerman juga cukup tertarik dengan benang dan produk tekstil dari dalam negeri yang memiliki kekhasan tersendiri.
Menurut Arlinda, Kemendag juga dibantu oleh perwakilan diaspora yang ada di banyak negara baik di Benua Eropa, Amerika, Australia, dan Asia yang turut serta memamerkan produk dalam negeri. Melalui 19 kantor Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), 23 Atase Perdagangan, serta satu Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI), membuat produk Indonesia bisa dengan mudah terpromosikan kepada para pembeli yang ada di masing-masing negara.
Di Syndey, Australia, terdapat diaspora yang telah meminta agar Kemendag mengirimkan barang yang bisa diperjualbelikan dan dipromosikan. Masyarakat Indonesia yang ada di sana akan membangun gedung dengan dana sendiri untuk ikut serta menmpromosikan barang dari Indonesia. Hal itu agar masyarakat Australia mengetahui keunggulan produk Indonesia.