REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pihak masih menganggap perempuan atau seorang ibu sebagai figur sentral dalam memberikan pendidikan moral antikorupsi kepada lingkungan sekitarnya. Karena ini pula, alasan dibentuknya gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) beberapa waktu lalu oleh ribuan perempuan dari berbagai latar belakang.
Diharapkan, gerakan SPAK ini dapat menularkan semangat pencegahan korupsi kepada perempuan lainnya. Hingga kini gerakan SPAK ini juga telah melahirkan ribuan agen antikorupsi perempuan di Indonesia.
Salah satu agen perempuan antikorupsi, yang juga pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Yuyuk Andriati Iskak menyebut perempuan memiliki posisi strategis dalam upaya pencegahan korupsi paling dasar. Namun sayangnya, belum semua perempuan terlibat aktif dalam gerakan perempuan antikorupsi. Dia menagatakan, selama ini gerakan perempuan antikorupsi lebih banyak berangkat dari level bawah ke atas (bottom up).
"Sebelumnya kan SPAK ini gerakannya bottom up, perempuan-perempuan di bawah yang gerak, ibu rumah tangga, guru, LSM," kata Yuyuk dalam pesan singkatnya kepada Republika.co.id, Rabu (21/12).
Namun lambat laun, ia menyebut gerakan SPAK sudah sudah mulai terkoneksi ke beberapa figur pemimpin perempuan (top down) meski jumlahnya masih sedikit.
Padahal, Yuyuk mengatakan, ketika gerakan bottom up dan top down bertemu, ini jadi gerakan yang lebih efektif untuk pencegahan korupsi. Karenanya, dia menambahkan, sudah saatnya pemimpin perempuan juga menjadi bagian pelopor antikorupsi ke perempuan lainnya. Hal ini karena, pemimpin perempuan memiliki posisi yang paling strategis untuk menjadi agen pencegahan korupsi.
"Agen-agen SPAK saja sudah berani menyatakan bahwa dirinya antikorupsi. perempuan pemimpin harus punya keberanian lebih untuk menyatakan dirinya antikorupsi, semua tindakan dia harus mencerminkan indentitas dirinya sebagai perempuan antikorupsi," ujar perempuan yang sebelumnya menjabat Pelaksana Harian Kabiro Humas KPK tersebut.