REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Sepuluh paguyuban warga Indonesia yang berada di Kedah, Perlis, dan Penang Malaysia menyelenggarakan Peringatan Maulud Nabi dengan menghadirkan tokoh Cendekiawan Muslim Indonesia Prof H Mahmud Hamundu, Kamis (22/12). Sekretaris Permai Utara, Ferdinand Murni Hamundu, peringatan Maulud Nabi Muhammad yang ketujuh ini terhitung istimewa karena selain mendapatkan kesempatan berjumpa dengan Prof H Mahmud Hamundu panitianya juga merupakan gabungan sepuluh paguyuban yang berada di daerah tersebut.
Paguyuban tersebut terdiri dari Masyarakat Indonesia Kumpulan Ladang-Ladang Perbadanan Kedah (KLPK), Perhimpunan Masyarakat Indonesia Utara Malaysia (PERMAI UTARA), Persatuan Pelajar Indonesia Universiti Sains Malaysia (PPI USM), Nahdlatul Watan Utara Malaysia (NW UTARA). Kemudian Forum Komunikasi Masyarakat Muslim Indonesia Utara Malaysia (FORKOMMI UTARA), Forum Komunikasi Masyarakat Muslimah Indonesia Penang (FOKMA PENANG), Ikatan Pekerja Muslim Indonesia Cabang Penang (IPMI PENANG), Ikatan Pekerja Muslim Indonesia Cabang PERAI (IPMI PERAI), Majelis Yasinan Riyadlus Salihin, Persatuan Setia Hati Terate Penang (PSHT PENANG).
"Maulidur Rasul menjadi sebuah tradisi yang dilakukan oleh berbagai kalangan umat Islam. Tidak ketinggalan pula kami juga menyelenggarakannya," katanya.
Peringatan Maulud Nabi dilaksanakan di Ladang Bukit Perat Selatan, Kedah dan di Ladang Bukit Perak Utara, Kedah yang dihadiri bukan hanya warga negara Indonesia melainkan juga dari Pakistan, Bangladesh dan Kamboja. Sambutan disampaikan oleh Rofii sebagai perwakilan panitia, Khozaeni sebagai sesepuh warga Indonesia, dan juga Machdaniar Nisfah yang merupakan Acting Konsul Jenderal RI Penang.
Pada kesempatan tersebut, Prof Mahmud mengingatkan, bahwa umat muslim siapapun dia adalah sama dihadapan Allah SWT. Dia memberikan ilustrasi betapa kepala manusia sebagai simbol kemuliaan, ketika sujud saat shalat, umat Muslim mensejajarkannya dengan kaki yang kodratnya berada diposisi bawah.
Menurut dia, begitu bernilainya umat akhir zaman ini yang dianggap sebagai saudara-saudara yang sangat dirindukan oleh Rasulullah SAW. "Dirindukan karena Rasul menganggap walaupun tidak pernah bertatap muka, tetapi begitu gigih memegang risalah Rasulullah SAW," katanya.
Mahmud Hamundu mengimpikan para peserta forum dikemudian hari akan kembali memajukan kampung halamannya seperti hijrah Rasulullah SAW ke Madinah dan kemudian kembali untuk menaklukkan Makkah dan memajukan peradabannya.