Jumat 23 Dec 2016 07:32 WIB

BI: Pencetakan Uang Baru Sesuai Kebutuhan Masyarakat

Warga memperlihatkan lembaran uang baru yang baru ditukarnya di kas keliling, Di Pasar Baru, Jalan Otto Iskandardinata, Kota Bandung, Selasa (20/12).
Foto: Mahmud Muhyidin
Warga memperlihatkan lembaran uang baru yang baru ditukarnya di kas keliling, Di Pasar Baru, Jalan Otto Iskandardinata, Kota Bandung, Selasa (20/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia menyebutkan pencetakan 11 pecahan uang rupiah baru tahun emisi 2016 sesuai dengan kebutuhan uang tunai dan layak edar di masyarakat. Peredarannya juga menggantikan jumlah uang tunai yang ditarik.

"Dengan begitu pencetakan rupiah tidak menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat. Jumlah uang yang beredar di masyarakat tetap terjaga sesuai kebutuhan," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (22/12) malam.

Tirta mengatakan BI harus memastikan kebutuhan uang tunai setiap waktu dapat tersedia dalam jumlah yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi layak edar. JIka ada pencetakan uang rupiah, termasuk uang rupiah baru tahun emisi 2016, hal itu untuk menggantikan uang tidak layak edar yang akan ditarik dari masyarakat.

"BI juga mengawasi bahwa jumlah uang yang ditarik dan dimusnahkan dari waktu ke waktu tidak pernah lebih dari yang dicetak dan diedarkan ke masyarakat," ujarnya.

Adapun proses pencetakan, peredaran dan penarikannya, Tirta menjamin, mekanisme tersebut dilakukan oleh BI, bukan oleh pihak lain yang melanggar ketentuan hukum. Begitu juga dengan pencetakan 11 pecahan uang rupiah baru. Sesuai Undang-Undang No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, BI menunjuk Badan Usaha Milik Negara yaitu Perum Peruri untuk mencetak seluruh uang tersebut.

"Prosesnya, BI menyerahkan bahan uang kepada Perum Peruri dalam jumlah tertentu. Perum Peruri kemudian melaksanakan pencetakan uang dan menyerahkannya kembali ke BI, dengan jumlah sesuai dengan bahan uang yang diserahkan oleh BI. Dalam proses ini, dilaksanakan pula verifikasi atau penghitungan ulang oleh BI," jelas Tirta.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement