REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam dikenal sebagai agama rahmatan lil alamin. Paradigma itu termaktub dalam Alquran surah al-Anbiya ayat 107, yang berbunyi," Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."
Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Hamim Ilyas menilai kata "rahmah" dalam ayat tersebut bermakna sebagai perasaan lembut atau cinta yang mendorong memberikan kebaikan nyata kepada yang dikasihi.
"Sesuai dengan kata arti 'rahmah' yaitu riiqqah taqtadhi al-insan ila al-marhum," tuturnya seperti dilansir situs Muhammadiyah, Kamis (22/12).
Pengertian itu, menurutnya, memberi makna bahwa Islam adalah risalah yang mewujudkan kebaikan nyata bagi seluruh makhluk Allah SWT. Kebaikan nyata dalam pengertian luas, Hamim berpendapat, adalah hidup yang baik yang diukur dengan tiga hal.
Seperti disebutkan Alquran, hal pertama adalah sejahtera yang sesejahtera-sejahteranya. Kedua, damai yang sedamai-damainya. Ketiga bahagia sebahagia-bahagianya, baik di dunia maupun akhirat.
"Oleh sebab itu, dapat ditegaskan bahwa peradaban Islam rahmatan lil alamin adalah kekayaan batin dan kecerdasan pikiran untuk mewujudkan hidup sejahtera, damai, dan bahagia bagi semua," tutur Hamim.