REPUBLIKA.CO.ID, ADELAIDE -- Kelahiran bayi orangutan Sumatra selalu menjadi pertaruhan yang tinggi. Pasalnya spesies ini terancam punah di alam liar sehingga penambahan populasi apapun dari spesies ini begitu penting.
Jadi ketika Karta -yang kini berusia 34 tahun -pertama kali hamil di Kebun Binatang Adelaide pada tahun 90-an, banyak orang bergembira. Namun kemudian suasana berubah menjadi kesedihan, ketika si bayi meninggal dalam beberapa hari setelah dilahirkan.
Kesedihan itu berlangsung selama 15 tahun, dengan Karta kehilangan enam bayi sejak tahun 1995. Serangkaian kematian ini pun membuat para dokter hewan mencari tahu apa yang tidak beres.
Pengasuh primata, Pij Olijnyk, mengatakan, Karta pernah melahirkan bayi orangutan perempuan bernama Karen di Kebun Binatang San Diego ketika ia berusia sembilan tahun, yang membuktikan bahwa ia subur.
"Karen masih hidup sampai sekarang, jadi ia masih tinggal di Kebun Binatang San Diego dan semakin kuat. Tapi ia diasuh orang lain, Karta tidak terlibat dalam membesarkannya,” jelas Pij belum lama ini.
Ia menambahkan, "Jadi belum benar-benar jelas apa masalahnya, ada segala macam teori di masa lalu tentang betapa ia tak mampu menjadi ibu atau tak memiliki keterampilan sebagai ibu."
Seiring berjalannya waktu, para pengasuh menyadari kemampuan Karta menjadi ibu sungguh sempurna dan masalahnya ada di urusan menyusui.
"Segala sesuatu yang ia lakukan sesuai panduan, ia hanya memiliki kesulitan dalam menyusui dan itu disebabkan kondisi anatomi yakni putingnya yang benar-benar kecil, ia tak punya puting cukup besar untuk disedot bayi kecil,” terang Pij.
Masalah Karta dengan menyusui ditemukan sebelum dua kehamilan terakhirnya. Para pengasuh telah melakukan pelatihan yang memadai untuk membantu -tetapi kedua bayi itu lahir mati.
"Sebelumnya, ia tak pernah benar-benar memiliki kesempatan untuk mempraktekkan latihannya, jadi itu menjadi bagian dari kisah hidup Karta yang cukup memilukan," kata Pij.
"Saya rasa, perjalanan yang ia lalui dan jumlah hambatan yang ia hadapi benar-benar sangat tidak adil, jika itu cara yang masuk akal untuk menilainya," sebut Pij.
Meski nampaknya tak mungkin -termasuk memakai kontrasepsi -Karta hamil lagi bersama pasangannya, Kluet, dan diperkirakan untuk melahirkan pada bulan Januari.
Kali ini, para pengasuh di kebun binatang memberi perhatian lebih untuk mendukung Karta dan memberi kesempatan terbaik pada si calon bayi untuk bertahan hidup.
"Bayi ini tentu saja tidak direncanakan dan saya kira itu memberi kami kesempatan untuk mengulang lagi pengalaman itu dan melakukan yang terbaik untuk membantunya," kata Pij.
Sebuah sistem kamera baru telah dipasang sehingga para pengasuh bisa memeriksanya dari jarak jauh selama 24 jam sehari, memantau perilakunya sebelum, selama dan setelah melahirkan.
Pemberian makanan tambahan juga akan dilakukan, Hal ini akan sangat penting untuk memastikan agar bayi tetap mendapat asupan.
Karta dikenal sebagai orangutan pemalu yang tidak suka perhatian, sehingga para pengasuh harus berhati-hati akan bagaimana mereka mengawasinya.
Banyak upaya dilakukan untuk memastikan Karta merasa nyaman dengan staf kebun binatang, sehingga ia akan membolehkan para staf untuk memberi makan bayinya yang baru lahir.
Tetapi mengingat sejarahnya, Pij mengatakan, para pengasuh sangat berhati-hati dengan kelahiran bayi Karta ini, dan berharap kisah ini akan berakhir bahagia. "Ini berarti bahwa kami cemas sekaligus gembira, bisa dibilang begitu, dan benar-benar tetap positif dan hanya fokus pada apa yang bisa kami lakukan untuk membantunya dalam mencapai mimpi ini," sebut Pij.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.