REPUBLIKA.CO.ID, SOLO --- Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Surakarta, Anas Syahirul mengungkapkan penangkapan Ranu Muda Adi Nugroho oleh Polda Jateng pada Kamis (22/12) dini hari, tak ada kaitannya dengan profesinya sebagai jurnalis panjimas.com. Dia mengatakan selain sebagai jurnalis, Ranu dikenal aktif sebagai anggota laskar atau organisasi kemasyarakatan di Solo. Ranu pun tak tercatat sebagai wartawan PWI.
“Bukan karena jurnalis, dia anggota laskar yang ikut melakukan sweeping, yang setahu kami dari kepolisian ya begitu,” tutur Anas kepada Republika pada Jumat (23/12) siang.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, meski sebagai jurnalis di Solo, Randu jarang berkumpul dan liputan bersama wartawan di Solo. Ranu juga jarang berinteraksi dengan jurnalis di Solo. “Tulisannya di portal panjimas.com juga lebih pada opini tidak berdasarkan fakta di lapangan,” tuturnya.
Sementara itu setelah berkoordinasi dengan PWI pusat, kata dia, portal yang dikelola Ranu yakni panjimas.com tak ada hubungannya dengan majalah Panji Masyarakat (Panjimas). Diketahui, pasca aksi sweeping dan tindak kekerasan di Social Kitchen, sebuah resto di Banjarsari Solo pada (18/12), tim Jatanras Polda Jateng mencokok 8 orang yang diduga terlibat aksi tersebut. Beberapa orang diantaranya merupakan pimpinan dari ormas di Solo.
Jurnalis Senior Solo, Ichsan Rosyid mengtakan Ranu memang tak begitu dikenal dikalangan jurnalis Solo. Sebab, Ranu memang jarang berkomunikasi dengan para wartawan. Dia mengungkapkan, Ranu biasanya sering dijumpai saat liputan aksi-aksi laskar atau ormas.
“Dia ditangkap juga kan bukan karena profesinya sebagai jurnalis. Memang dia jarang interaksi dengan teman-teman. Dia memang begitu dekat dengan teman-teman laskar, saya tidak tahu apa dia masuk dalam laskar atau tidak. Profesi wartawan itu melekat sekalipun kita tak sedang liputan orang mengetahui kita itu wartawan, sebab itu kita harus selalu menjaga etika, melihat situasi," tuturnya.