Jumat 23 Dec 2016 18:28 WIB

Konservasi Mangrove Harus Menyentuh Perekonomian Masyarakat

Rep: Umi Nur Fadilah/ Red: Yudha Manggala P Putra
 Petugas merawat benih tanaman bakau di hutan bakau (mangrove) Angke Kapuk, Jakarta Utara.
Foto: dok. Republika
Petugas merawat benih tanaman bakau di hutan bakau (mangrove) Angke Kapuk, Jakarta Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti senior Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL IPB) Andy Afandy mengungkapkan, salah satu faktor keberhasilan konservasi lautan harus bisa menyentuh perekonomian masyarakat. Artinya, berdampak langsung dengan mata pencaharian masyarakat.

 

"Keberhasilan konservasi mangrove harus menyentuh mata pencaharian masyarakat," kata dia kepada Republika.co.id, Jumat (23/12).

Menurut Andy, pelibatan masyarakat tidak hanya saat merawat mangrove. Namun, juga dari rencana perawatan. Tujuannya, untuk menarik perhatian masyarakat terhadap perawatan mangrove.  PKSPL ITB menyasar pengembangan mangrove untuk meningkatkan mata pencaharian alternatif masyarakat setempat.

Andy mengatakan, sejumlah daerah yang telah menuai hasil dari perawatan mangrove di daerahnya, seperti, Lombok Barat (NTB), Aceh Jaya, Batang, dan Demak (Jawa Tengah).

Ia merinci, mangrove dapat dimanfaatkan sebagai sumber mata pencaharian masyarakat setempat. Salah satu yang sudah dilakukan, sebagai tempat penggemukan dan pembesaran kepiting, budidaya kerang darah, ekowisata, beternak lebah madu, dan pidada.

Selain itu, tanaman mangrove juga dapat menghasilkan pangan alternatif berdasarkan jenis tumbuhannya. Contohnya, mangrove jenis avicenia sp. (api-api) bisa menghasilkan produk cemilan seperti kacang mete, bruguierra gymnorrhiza (tancang/lindur) bisa digunakan untuk pengganti beras, nypah fruticans (nipah) yang dapat diolah menjadi gula semut.

Andy mengatakan, setiap daerah mempunyai karakteristik berbeda dalam perkembangan mangrove. Sehingga, PKSPL IPB membantu mulai dari penentuan lokasi dan menganisa kesesuaian lahan. Selain itu, menurutnya, desain pola penanaman juga penting disosialisasikan.

Andy mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan panjang pantai kedua terbesar di dunia. Sehingga, potensi tersebut harus dimanfaatkan. Namun, lautan Indonesia juga dapat menjadi sumber bencana apabila tidak ada antisipasi masyarakat.

"Kaitannya dengan bencana, sejarah bencana kita, seperti, bencana tsunami Aceh, contoh bencana parah dari lautan," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement