REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi), dr Josephine R menilai, tidak ada ilmu medis yang mampu menjelaskan fenomena klakson telolet.
"Saya lihat dari sisi psikologis saja. Artinya kita mungkin sudah capek dengan sesuatu yang sangat serius. Artinya menguras energi untuk berkonflik," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (23/12).
Menurut Josephine, fenomena telolet merupakan bentuk kebutuhan bangsa terhadap suatu hal yang menyenangkan atau menghibur.
"Ada sesuatu yang membuat kita ketawa bareng, tanpa ada unsur yang membuat kita berbeda. Mungkin ajakan itu yang awalnya tak bertujuan demikian, tetapi akhirnya menjadi dibawa ke arah sana," tutur dia.
Ia menilai, hal yang membuat masyarakat merasa senang, bukan saat mendengat klakson telolet berbunyi. Namun, terenuhinya keinginan untuk berinteraksi. "Seperti butuh perhatian, diberikan perhatian. Sebetulnya kalau kita mau melihat sesederhana itu saja," jelasnya.
Menurutnya, fenomena telolet menjadi viral karena bentuk kebersamaan universal yang mendorong munculnya interaksi tanpa takut melanggaran sesuatu. "Keberbedaan kita karena perbedaan. Namun hakikat kita sebagai manusia, kita butuh kegembiraan yang simpel," ujar dia.
Baca juga, Ini Gaya Anies-Sandi dalam Video Om Telolet Om.