Sabtu 24 Dec 2016 01:11 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Akhir Tahun Diprediksi 4,90 Persen

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Ani Nursalikah
Pembangunan proyek infrastruktur turut mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pembangunan proyek infrastruktur turut mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2016 akan berada di kisaran 4,90 persen year on year (yoy).

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, secara siklus, PDB pada kuartal IV akan lebih baik dibandingkan kuartal III. Pada kuartal III 2016 ekonomi domestik tercatat tumbuh sebesar 5,02 persen yoy.

"Menurut Bank Indonesia angkanya sekitar 4,90 persen, mungkin 4,97 persen. Biasanya kuartal empat siklusnya lebih baik daripada kuartal tiga," ujar Mirza di Gedung Bank Indonesia, Jumat (23/12).

Menurut Mirza, saat ini ekonomi domestik dalam momentum perbaikan. Hal ini dapat dilihat dari pasar keuangan yang relatif stabil. Setelah Trump Effect yang mengakibatkan gejolak di pasar keuangan, kata Mirza, pihaknya tidak melihat adanya volatilitas yang terlalu besar pada pasar keuangan.

"Kalau pasar keuangan normal-normal saja artinya ya bisnis bisa melakukan aktivitasnya kan. Bisa melakukan proyeksi, aktivitas usaha kemudian mengambil kredit di 2017," ujar Mirza.

Melihat hal ini, bank sentral pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran lima sampai 5,40 persen pada tahun depan. Sedangkan pertumbuhan kredit akan berada di kisaran 10-12 persen.

Di sisi lain, defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) diproyeksikan akan berada di 2,00 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir tahun ini. Sementara pada tahun depan, bank sentral memperkirakan akan ada peningkatan CAD menjadi sekitar 2,50-2,60 persen PDB. Peningkatan itu pun dinilai sebagai sesuatu yang normal karena ekonomi tahun depan diprediksi akan menggeliat.

Sementara surplus neraca pembayaran diperkirakan akan terus berlanjut pada Desember ini. Hal ini terlihat dari data ekspor pada bulan November yang menyebutkan ekspor non-migas baik ekspor komoditas maupun produk manufaktur tumbuh positif.

"Desember ini harusnya masih surplus. Tren perbaikan ini masih berlanjut," kata Mirza.

Kendati begitu, Mirza menegaskan untuk tidak berekspektasi adanya perbaikan ekonomi seperti 2012. Saat itu Cina tumbuh 12 persen, sedangkan sekarang Cina hanya tumbuh enam persen.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari kondisi ekonomi negara-negara besar seperti Cina dan AS, karena harga komoditas bergantung dari internasional. "Ekspor kita juga bergantung dari internasional, kenaikan suku bunga juga banyak bergantung dari internasional. Jadi ya kita harus realistis ya," kata Mirza.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement