REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan Indonesia sedang mengalami gejala radikalisme global menyusul terungkapnya teror bom di beberapa daerah.
"Ini gejala global, terjadinya radikalisme. Tapi sekali lagi saya ingin sampaikan, kalau bicara radikalisme, jangan hanya bicara bom, (bom) ada di mana, sekian korbannya. Justru kita juga harus mengkaji kenapa itu terjadi," ujarnya di Kantor Wapres di kompleks Istana Merdeka, Jakarta, Jumat.
Dalam berbagai kegiatan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, Kalla seringkali mengatakan bahwa terorisme terjadi di negara-negara yang gagal secara ekonomi dan politik.
"Kegagalan mereka akibat serbuan negara asing. Afghanistan, contohnya, timbulkan Alqaidah. ISIS muncul di Suriah dan Irak akibat dibom oleh negara-negara asing," ujarnya.
Oleh sebab itu, hal ini menimbulkan dan memicu kemarahan, sentimen generasi muda negara-negara gagal tersebut terhadap Eropa dan Amerika Serikat. Selain itu, radikalisme juga dipicu oleh ajaran yang mendorong seseorang marah.
"Kalau Anda membunuh musuh kamu, maka Anda akan masuk surga. Padahal musuh itu terlalu luas. Kita pun jadi musuhnya kan?" ujarnya merujuk pada ancaman bom terhadap personel pengamanan Presiden di Istana Merdeka yang berhasil digagalkan polisi beberapa waktu lalu.
Ajaran yang salah itu, lanjut dia, dibiarkan begitu saja merasuki orang-orang yang pengetahuan agamanya masih sangat rendah namun telah "dicuci otaknya". "Kalau Anda lihat wawancara Nur Solihin (anggota jaringan Bahrun Naim, warga negara Indonesia yang bergabung dengan ISIS di Suriah), bicara soal surga. Jadi ini bahayanya," kata Wapres.