Sabtu 24 Dec 2016 03:19 WIB

Gus Dur tak Rela Konstitusi Diremehkan

Presiden Joko Widodo menerima Ikrar Ciganjur dari Ketua PBNU Said Aqil Siradj saat Haul Gus Dur ke-7 di Jakarta, Jumat (23/12). Pada Haul ke-7 Gus Dur ini mengangkat tema Menebar Damai Menuai Rahmat.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Presiden Joko Widodo menerima Ikrar Ciganjur dari Ketua PBNU Said Aqil Siradj saat Haul Gus Dur ke-7 di Jakarta, Jumat (23/12). Pada Haul ke-7 Gus Dur ini mengangkat tema Menebar Damai Menuai Rahmat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menyatakan dirinya percaya jika mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur masih hidup, maka dipastikan tidak akan rela konstitusi diremehkan.

"Saya percaya Gus Dur gemas, geregetan, sekelompok orang meremehkan konstitusi, mengabaikan konstitusi yang mengabaikan kemajemukan kita," kata Jokowi saat menghadiri Haul ketujuh KH Abdurrahman Wahid dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Ciganjur, Jakarta, Jumat malam (23/12).

Jokowi juga percaya Gus Dur tak akan suka jika ada sekelompok orang yang memaksakan kehendak dengan aksi kekerasan, termasuk radikalisme dan terorisme, yang akhir-akhir ini banyak terjadi. "Terutama yang ada di media sosial maupun di dunia nyata. Kita sudah lupa atau lalai, atau tidak mengerti. Tidak bisa membedakan mana yang kritik, mana yang menghina. Mana yang kritik, mana yang menjelekkan. Mana yang kritik, mana yang menghasut," katanya.

Jika hal itu diteruskan, katanya, maka energi akan lebih banyak habis untuk hal-hal yang tidak perlu sehingga strategi besar negara justru dilupakan untuk menyejahterakan masyarakat, membangun ekonomi, industri, dan membuka lapangan pekerjaan. "Kalau almarhum Gus Dur masih, ada yang memberi tahu kita. Kita ini masih kayak anak TK. Pasti digitukan oleh Gus Dur," katanya.

Presiden menegaskan, seharusnya masyarakat di Tanah Air bersyukur ketika banyak negara lain goyah mencari pedoman hidup, Indonesia masih mempunyai Pancasila. "Seharusnya kita bangun lebih cepat, bergerak bergotong royong lebih cepat sehingga menang persaingan bangsa, berdaulat, mandiri, dan berkepribadian," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement