REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyindir Agus Yudhoyono yang dinilainya banyak meniru strategi dan program pasangan Anies-Sandi. Namun, Anies mengaku tak risau dengan cara-cara yang dilakukan pasangan nomor urut satu itu.
"Jadi memang ada strateginya yang mengikuti kita, bahkan saya bilang Jakarta jangan terkotak-kotak, eh ditiru juga, hahaha," kata dia di sela-sela kampanye di Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (23/12).
Cagub nomor urut tiga ini menyerahkan sepenuhnya kepada warga DKI untuk menentukan pilihannya pada 15 Februari mendatang. Ia yakin, warga Ibu Kota cukup cerdas dalam memilih pemimpin yang kaya dengan gagasan dan kreasi program.
"Saya percaya masyarakat tahu persis mana yang kaya ide, mana yang fotokopi ide. Mana yang kreasi, mana yang imitasi. Kita membutuhkan pemimpin yang bisa berinovasi," sindir Anies.
Sebelumnya, Agus Yudhoyono menggunakan istilah 'terkotak-kotak' saat menyatakan bahwa pemimpin harus ada di semua pihak. Ucapan dilontarkan dalam konteks ketika ia terpilih dalam kontestasi Pilkada DKI. Agus mengatakan, pemimpin harus ada di semua pihak dan menempatkan semua masyarakat dalam kedudukan yang sama.
"Jangan sampai menimbulkan kita terkesan terkotak-kotakan, kita semua harus bersatu," kata Agus beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, cawagub DKI Jakarta Sandiaga Uno juga menyindir program Agus Yudhoyono yang memberi bantuan Rp 50 juta untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Sandi pun menyatakan, jauh sebelumnya dia lebih dulu meluncurkan program OKOCE atau one kecamatan one center for enterpreneurship.
Program OKOCE nanti di setiap kecamatan ada satu pusat kewirausahaan yang diisi 'Pasukan Biru'. OKOCE merupakan sebuah program yang ia tawarkan sejak awal dalam kontestasi Pilkada DKI 2017, dan salah satu tujuannya yakni memberdayakan UMKM.
Secara prinsip, Sandi mengapresiasi program bantuan kredit modal Rp 50 juta bagi UMKM yang ditawarkan Agus. Namun, Sandi mengritisinya. Menurut dia, bantuan untuk setiap unit usaha tak bisa dipukul rata dengan jumlah tersebut. "Kalau pukul rata nggak bisa, untuk Rp 50 juta atau jumlahnya itu tergantung, menyesuaikan terhadap jenis usahanya," kata dia.
Sandi menjelaskan, setiap usaha punya ukuran masing-masing. Dia mencontohkan, orang yang punya usaha nasi uduk hanya butuh tambahan modal sekitar Rp 3-5 juta. Sementara orang yang usaha di bidang seperti butik atau yang lain bisa jadi butuh modal lebih besar. Jika dipukul rata dengan bantuan modal Rp 50 juta, kata dia, justru akan menimbulkan masalah baru.
"Kalau yang usaha nasi uduk dikasih Rp 50 juta, dia pasti susah mengembalikan, jadi bisa memicu non performing loan (kredit macet), hati-hati," ujar dia.
'Pasukan Biru' yang digagas Sandiaga ini berada di setiap kecamatan, dan akan menjadi tulang punggung sekaligus ujung tombak dalam memetakan modal kredit dan bantuan usaha yang diperlukan masing-masing UMKM di setiap wilayah tersebut.