REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam hal akidah, manusia digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu orang beriman, orang kafir, dan orang munafik. Golongan-golongan manusia inilah yang dijelaskan dalam kajian rutin di Masjid Al Fattah, Jalan Jatinegara Timur, RT 014/02, Bali Mester, Jatinegara, Jakarta Timur, DKI Jakarta, awal pekan ini. Pemateri dalam kajian ini adalah Ustaz Salim bin Yahya Qibas.
Dalam paparannya, Ustaz Salim menjelaskan, orang-orang munafik setidaknya terbagi menjadi dua, yaitu orang yang perbuatan-perbuatannya disifati munafik, meskipun hal tersebut tidak membatalkan keimanannya. ''Ini bisa juga disebut orang-orang fasik, tapi dia tidak kafir,'' ujar Ustaz Salim.
Untuk golongan kedua adalah orang munafik, yang sesungguhnya dia kafir, tetapi menampakkan seolah-olah sebagai orang beriman dan menyembunyikan keimanannya. Allah SWT menjelaskan tentang orang-orang ini di dalam Quran Surah al-Baqarah ayat 9 hingga ayat 20. Dalam ayat tersebut, Allah SWT menjelaskan, mereka berikrar keimanan dengan lidah mereka, tapi sesungguhnya hati mereka belum menerima keimanan.
Selain itu, Allah SWT memberikan penjelasan melalui Surah al-Munafiqun, ayat 1, mengenai orang-orang munafik yang berikrar telah menerima keimanan, tapi sesungguhnya mereka pendusta. Terkait tiga golongan manusia berdasarkan akidah ini dapat dilihat bagaimana sikap mereka dalam menerima Alquran sebagai petunjuk dari Allah SWT.
Menurut dia, sebuah informasi dinilai tidak meragukan apabila memenuhi tiga indikator, pertama, sumber informasi tersebut, medium atau penyampai dari informasi tersebut, kemudian isi dari informasi itu. ''Alquran memenuhi tiga syarat tadi, sebagai informasi yang valid dan tidak boleh diragukan,'' kata Ustaz Salim.
Pertama, sumber Alquran berasal dari Allah SWT yang Maha Benar. Kedua, Alquran disampaikan oleh dua utusan yang terpercaya, yaitu Malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW, dan Nabi Muhammad SAW menyampaikan risalah Islam kepada umat manusia.
Ketiga, isi dari Alquran pun tidak memiliki kontradiksi antara satu ayat dan ayat yang lain. Hal ini ditambah oleh jaminan yang disampaikan Allah SWT di awal Alquran, bahwa tidak ada keraguan di dalam Alquran.Maka, ketika Alquran datang, orang beriman akan memercayai sepenuhnya tanpa ada sedikit pun keraguan padanya, termasuk terhadap isinya dan Rasul yang membawa risalah tersebut.
Hal ini seperti yang tercantum di Surah Al Hujurat ayat 15, ''Sesungguhnya orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.''Kemudian ciri orang beriman atas kitab yang diturunkan Allah SWT, kata Ustaz Salim, mereka tidak pernah keluar dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Menurut dia, tidak patut bagi seseorang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan-Nya (Alquran), beriman kepada Rasul dan apa yang dibawanya. Namun, ketika Allah dan Rasul-Nya menetapkan pilihan bagi mereka, mereka memilih pilihan yang lain.
Ini seperti yang tertera di Surah al-Ahzab ayat 36.Selain itu, bagi orang mukmin, mereka menerima, tunduk, dan melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Tunduk dan menerima semua perintah Allah SWT itu pun dilaksanakan secara menyeluruh dan utuh. ''Artinya, jika kita mengaku beriman kepada Allah, kitab, dan Rasul-Nya, otomatis semua yang diinformasikan kepada kita tentu akan kita imani. Kita kan mendapatkan informasi dari Allah melalui kitab-Nya dan lisan Rasul-Nya, kalau dua ini tidak kita imani, maka yang lain pun kita tidak imani,'' ujarnya.Ustaz Salim pun mengajak jamaah untuk terus memperbaiki kualitas keimanan. Pertama, tanpa ada keraguan sedikit pun, kedua, selalu mengikuti dan tidak pernah keluar dari perintah dan ketetapan Allah SWT, dan bersikap sami'na wa ata'na. ''Mari kita berdoa kepada Allah SWT dan berusaha untuk memperbaiki keimanan. Selama iman kita tidak pernah beres, maka urusan kita tidak akan pernah beres,'' ujar dia.Kajian yang digelar oleh pengurus Masjid Al Fattah ini memang digelar rutin setiap awal pekan. Sebenarnya, kajian yang disampaikan Ustaz Salim adalah pengganti dari kajian rutin yang biasa disampaikan oleh Ustaz Nizar Saad Jabal, yang biasanya mengisi sesi kajian tafsir Alquran. Roni, warga Bukit Duri, Jakarta Selatan, merupakan salah satu jamaah yang rutin menghadiri kajian di Masjid Al Fattah. Dia mengatakan, selalu menyempatkan diri sehabis pulang kerja. ''Yah sebagai orang Islam penting juga belajar ilmu agama, biar gak kosong-kosong banget (pengetahuan agama),'' kata dia. n e