REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Islam dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Irfan Syauqi Beik, mengatakan, salah satu dampak dari Aksi 212 memang munculnya kesadaran untuk menguatkan basis perekonomian umat. Terutama di bidang usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Menurut dia, semangat tersebut memang layak didorong dan didukung penuh. "Apalagi, UMKM telah terbukti menjadi salah satu pilar yang menyangga perekonomian nasional selama ini, serta menyerap tenaga kerja dengan porsi cukup besar," kata Irfan.
Lahirnya Koperasi 212 dan berbagai warung retail dengan label 212 menjadi indikasi positif bahwa energi besar yang dimiliki umat memang memerlukan wadah atau saluran yang tepat, seperti bidang ekonomi. Pada akhirnya, selain berefek terhadap umat, gerakan semacam ini juga akan bermanfaat bagi perekonomian bangsa.Kendati demikian, untuk memulai sebuah usaha atau bisnis, menurut Irfan, prosesnya memang tidak mudah.
Ia menyoroti tentang masih lemahnya gerakan ekonomi umat dalam sisi suplai atau pasokan kebutuhan pokok. Dalam hukum ekonomi, kata dia, sudah jelas akan terjadi permintaan dan penawaran. "Nah, dua-duanya (permintaan dan penawaran) harus kita bangun. Tidak bisa kalau hanya salah satu aspek saja," ujar dia.
Dari sisi permintaan, kata dia, semangat untuk mengubah pola pikir dan kebiasaan untuk berbelanja ke warung, retail, atau grosis berbasis Islam, perlu terus diperkuat. Sedangkan dari sisi penawaran atau suplai, hal ini memang tidak bisa dikerjakan dalam waktu singkat. Perlu upaya yang sistematis dan terencana.Untuk menyiasati sisi permintaan, Irfan mengusulkan pembibitan wirausaha-wirausaha Muslim.
"Misalnya seperti yang dilakukan teman-teman di Majelis Taklim Wirausaha. Nah, jaringan ini yang tinggal kita lebarkan dan perkuat," ujar Irfan.