Senin 26 Dec 2016 15:30 WIB

Dinkes Sleman Imbau Masyarakat Waspadai Cacingan pada Anak

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Andi Nur Aminah
Biasakan menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan sebelum makan, agar terhindar dari penyakit cacingan.
Foto: dok.Republika
Biasakan menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan sebelum makan, agar terhindar dari penyakit cacingan.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Meski kasus cacingan pada anak di Sleman tergolong kecil, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap penyakit tersebut. Pasalnya penyakit ini dapat menyebabkan sakit kaki gajah dan menghambat pertumbuhan anak.

Untuk itu, Pemkab Sleman melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) melakukan program pengendalian cacingan terintegrasi pada anak usia dini hingga 12 tahun. Kepala Bidang Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2L) Dinkes Sleman, Novita Krisnaini mengemukakan, program ini dilakukan dengan memberikan obat cacingan secara gratis di 25 Puskesmas.

“Sebenarnya kasus cacingan di Sleman cukup rendah. Berdasarkan penelitian yang kami lakukan tahun ini di lima Puskesmas. Dari 500 sample anak yang diteliti secara acak, hanya delapan anak saja yang terkena cacingan,” ujarnya.

Menurut Novita, cacingan pada anak bisa menyebabkan gangguan pada pertumbuhan. Selain kekurangan gizi dan anemia, anak juga bisa mengalami gangguan kecerdasan. Jenis cacing yang dapat menyerang anak sendiri beragam. Di antaranya oxyuris, ascariasis L, dan ancylostoma.

Benih cacing bisa masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara. Selain lewat mulut, cacing juga bisa masuk lewat pori-pori kulit. “Telur cacing bisa masuk lewat tangan yang kotor. Kadang anak tidak menyadari itu. Maka itu orangtua harus menanamkan perilaku hidup sehat kepada anak-anaknya,” ujar Novi.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Sleman, Bambang Suharjana menjelaskan, pemberian obat cacing sudah dilakukan di seluruh sekolah Kabupaten Sleman. Tahun ini, Dinkes telah memberikan obat cacing di 50 sekolah dasar. Adapun sasaran penrima obat cacing terdiri dari siswa kelas satu hingga kelas enam.

“Kurang lebih jumlahnya 6.150 siswa. Langkah tersebut dilakukan untuk mengantisipasi meningkatnya kasus cacingan pada anak,” kata Bambang.

Ia mengatakan, meski DIY bukan merupakan daerah endemis filarial, pemberian obat cacing massal tetap harus dilakukan. Hal tersebut ditujukan untuk meningkatkan kecerdasan anak dan menurunkan prevalensi cacingan di DIY yang mencapai 20 sampai 50 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement