Senin 26 Dec 2016 16:03 WIB

Indonesia Sudah Jadi Kiblat Pariwisata Halal Dunia

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Irwan Kelana
Suasana di  Rhadana Hotel,  Kuta, Bali. Rhadana Hotel merupakan salah satu pemenang World Halal Tourism Award (WHTA) 2016.
Foto: Dok Rhadana Hotel
Suasana di Rhadana Hotel, Kuta, Bali. Rhadana Hotel merupakan salah satu pemenang World Halal Tourism Award (WHTA) 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Indonesia menyapu bersih 12 dari 16 kategori World Halal Tourism Award (WHTA)  2016   yang digelar selama 24 Oktober-25 November lalu. Pengumuman pemenang  WHTA  2016 dilaksanakan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, awal Desember 2016.

Pemilik Rhadana Hotel, Kuta, Bali, Rainer H Daulay mengatakan Indonesia bisa dikatakan sudah menjadi kiblat pariwisata halal dunia. "Indonesia menang 12 dari 16 kategori. Empat kategori sisa itu dikarenakan Indonesia tidak ikut serta berkompetisi. Jika ikut, insya Allah Indonesia memenangkan seluruh kategori," kata Rainer kepada Republika.co.id, Senin (19/12).

Kemenangan telak ini dikatakan Rainer menjadi peluang besar bagi pemerintah melalui Kementerian Pariwisata untuk lebih mempromosikan wisata halal ke pasar luar negeri yang potensial. Pasar tersebut tidak melulu harus negara Timur Tengah sebab Islam sudah berkembang merata di seluruh dunia.

"Ada sekitar enam hingga tujuh juta penduduk Muslim di Prancis. Muslim juga banyak di London (Inggris), Rusia, dan Australia. Jadi, wisatawan mancanegara yang dimaksud bukan hanya negara-negara Arab," kata Rainer.

Rhadana Hotel sebagai salah satu pemenang WHTA 2016 untuk kategori World’s Best Family Friendly Hotel mengutamakan kenyamanan dan keamanan pengunjung. Indonesia sebagai kiblat wisata halal dunia, kata Rainer,  memerlukan setidaknya tiga dukungan, yaitu aksesibilitas, seperti adanya penerbangan langsung (direct flight), sarana prasarana wisata, dan masyarakat sadar pariwisata.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement