REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Komunikasi dari Universitas Padjajaran (Unpad), Prof Deddy Mulyana menilai, tidak mudah membuat stasiun televisi Islam yang orientasinya bukan bisnis. Kendati demikian, menurutnya, memang sangat perlu kehadiran stasiun televisi Islam saat ini.
"Perlu (ada) stasiun televisi untuk umat Islam, tapi tidak mudah, memang perlu dari dulu perlu," kata Deddy kepada Republika, Selasa (27/12).
Menurut dia, saat ini, harus ada media alternatif karena stasiun televisi yang ada belum bisa memenuhi kebutuhan umat Islam. Jangankan untuk memenuhi kebutuhan umat Islam secara spiritual, ucap dia, untuk sekedar pengembangan pendidikan secara umum saja kurang.
"Stasiun televisi yang ada saat ini tayangannya terlalu komersial dan terlalu banyak hiburannya," ungkapnya. Selain itu, terlalu banyak acara yang dangkal. Artinya, stasiun televisi yang ada sekarang belum bisa menampung aspirasi umat Islam secara keseluruhan.
Memang, diakuinya, ada beberapa stasiun televisi yang menampung aspirasi umat Islam, tapi sifatnya hanya fragmentaris saja. Dikatakan Deddy, untuk membuat stasiun televisi Islam tidak mudah karena dibutuhkan sumber daya keuangan, teknologi dan manusia. Artinya, membutuhkan perjuangan dan kerja keras untuk merintis stasiun televisi Islam.
Selain itu, stasiun televisi Islam dari sudut pandang komersial tidak terlalu menjanjikan. Misalkan, saat baru muncul tayangan-tayangan di stasiun televisi Islam, para pengusaha dan iklan belum tentu mau untuk beriklan di stasiun televisi Islam.
"(Mungkin) hanya para pengusaha yang mempunyai komitmen keislaman yang kuat yang mau memasang iklan di sana," ujarnya.
Mengenai konten tayangan stasiun televisi Islam, ia menyarankan, kontennya sesuai dengan misi Islam. Pertama, menegakkan tauhid. Kedua, Amar ma'ruf nahi munkar. Ketiga, mensejahterakan umat. Artinya, stasiun televisi Islam bukan televisi yang harus diikuti orang Islam saja. Tapi televisi yang isinya sesuai dengan misinya Islam.