REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian belum dapat memastikan motif di balik kasus perampokan yang disertai penyekapan di sebuah rumah mewah di Pulomas, Pulogadung, Jakarta Timur. Namun ahli psikolog forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan bisa saja motif tersebut adalah murni perampokan atau bahkan pembunuhan terencana.
Reza menyebut kemungkinan kasus tersebut termasuk perampokan apabila ada properti atau barang berharga milik korban yang diambil pelaku. Perampokan berbeda dengan maling. Perampokan bersiap frontal dengan sasaran, sementara maling sembunyi-sembunyi.
Pidana perampokan, kata dia, merupakan kejahatan pengantara, yaitu kejahatan untuk mendapatkan sumber daya untuk melancarkan kejahatan dengan skala lebih besar.
"Mungkinkah ini pembunuhan terencana? Mungkin saja. Tapi betapa tidak efisien dan tidak efektifnya modus pelaku jika dia benar-benar berniat menghabisi nyawa orang lain," kata Reza kepada Republika.co.id, Selasa (27/12).
Menurut dia, apabila kasus tersebut adalah pembunuhan terencana, maka modus pelaku tidak efisien dan tidak efektif. "Lantas apa penjelasan tentang korban yang tewas? Spekulatif, ini perampokan yang disertai pemberatan. Tidak berencana membunuh, tapi penganiayaannya mengakibatkan korban meninggal dunia," ujarnya.
Reza menyebut semua perampokan, apalagi dengan pemberatan adalah sadis. "Saya sedih, apalagi karena ada korban kanak-kanak. Semoga para pelaku dihukum berat," kata Ketua Bidang Pemenuhan Hak Anak Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) ini.