Selasa 27 Dec 2016 19:45 WIB

Rizal Ramli: Gus Dur tidak Mau Membela Minoritas yang Menindas!

Red: Muhammad Subarkah
 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur
Foto: dok.Istimewa
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Mantan Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus DUR), Rizal Ramli menegaskan tidak ada yang membantah bila mendiang presiden keempat tersebut merupakan sosok pembela kaum minoritas. Meski begitu, tidak sembarang minoritas yang dibelanya karena hanya minoritas yang tertindas saja yang dia bela.

"Siapa pun tahu Gus Dur berani pasang badan untuk bela minoritas. Dia tidak peduli ketika membela kelompok ini, bahkan berani ‘pasang badan’. Gus Dur akan membela kelompok masyarakat minoritas bila mereka terkena perilaku diskriminasi," kata Rizal Ramli dalam acara 'Tahlil & Manaqib Gus Dur' di kantor DPP PKB, Jakarta, (27/12).

Meski begitu, lanjut Rizal, semua pihak pun harus tahu bahwa tidak semua minoritas dibela oleh Gus Dur. Menurutnya, Gus Dur tidak akan membela kelompok ini bila mereka justru melakukan penindasan, misalnya menggusur sewenang-wenang, melecehkan pihak lain, dan menyianyiakan rakyat kecil yang miskin.

"Jadi saya tegaskan lagi, (Gus Dur) bukan pembela minoritas yang kuat. Yang gusur sana gusur sini, nggak simpati sama rakyat pasti tidak akan dibelanya," katanya.

Untuk itu, lanjut Rizal, kepada para generasi muda penerus Gus Dur, terutama yang tergabung dalam Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), harus berani bersikap dan mengambil alih arah haluan bangsa yang kini seperti terkesan mengalami kevakuman. Mereka tidak bisa biarkan bangsa terus menerus dalam kondisi semrawut serta terjebak dalam ketidakpastian.

"Para politisi PKB harus sadar bahwa di masyarakat bawah ini menyala sikap tuntutan atas ketidakadilan. Soal ini tidak bisa dibiarkan dan makin mengkhawatirkan karena mulai muncul sikap anti terhadap etnis tertentu dan membawa-bawa isu agama," kata Rizal.

Pemerintah pun harus segera bersikap berani memadamkannya. Pelajaran di masa kolonial Belanda pada tahun 1920-an di mana meletup isu agama terkait penistaan agama hendaknya kini bisa dilakukan. Saat itu meletup kasus penistaan agama Islam.

Puluhan ribu kaum Muslim dipimpin HOS Tjokroaminoto melakukan protes besar-besaran di Surabaya agar pelakunya segera ditangkap dan dihukum. Kerusuhan kecil segera meletup, pelakunya dipukuli dan beberapa gereja sempat dibakar. Untungnya, pemerintah Hindia Belanda langsung bertindak tegas.

Pelakunya kemudian ditahan dan segera diadili. Keresahan pun tidak meluas. Isu sosial yang bercampur dengan agama kalau tidak segera diatasi akan sangat berbahaya sekali. "Sekali lagi, kalau negeri ini rusuh saya yakin negeri ini akan susah bangkit kembali," tegas Rizal Ramli.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement