REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi klinis dr Ari F Syam mengatakan pemberitaan kasus perampokan yang disertai penyekapan di Pulomas, Pulogadung, Jakarta Timur dapat meningkatkan kecemasan bagi publik yang menyaksikannya. Dia memprediksi apabila kasus pembunuhan di Pulomas terus diberitakan dan didramatisasi, apalagi disertai penyebarluasan foto gambar korban, maka bisa menjadi pencetus terjadinya kecemasan pada seseorang yang memang sebelumnya sudah mempunyai gangguan kecemasan tersebut.
Kondisi kecemasan yang terjadi dapat membuat berbagai gangguan kesehatan seperti tangan berkeringat, sakit kepala, jantung berdebar-debar, tengkuk terasa sakit atau napas terasa sesak. Untuk itu, Ari menyebut, ada beberapa hal yang dapat meminimalisasi dampak dari kasus tersebut. Media cetak dan elektronik diminta bijak dalam menginfokan berita pembunuhan. "Bagi masyarakat yang kebetulan mempunyai gangguan kecemasan sebaiknya menghindar untuk terus mengikuti berita pembunuhan ini," ujarnya, Rabu (28/12).
Kemudian, kata dia, bagi para warganet dan masyarakat pengguna media sosial tidak perlu menyebarkan foto korban pembunuhan ini. "Komentar penggiat medsos yang diberikan tidak perlu berlebihan yang justru akan membuat orang lain takut atau tambah cemas," ujar Ari.
Wakil Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PABDI) ini pun menyarankan masyarakat agar menggunakan rasio bahwa peristiwa pembunuhan dengan jumlah korban yang banyak dan keji ini tidak terjadi setiap hari. Masyarakat harus selalu ingat kans untuk terjadinya peristiwa sejenis ini tidak mudah terjadi. "Apabila informasi seputar pembunuhan ini bisa mengganggu pikiran kita, sebaiknya kita tidak perlu membaca berita lanjutan pembunuhan tersebut," kata Ari.
Dia meminta masyarakat tetap tenang dan percaya bahwa hal tersebut tidak mudah terjadi kembali. "Saya berdoa bagi korban meninggal, bagi yang sakit cepat sembuh dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran," kata dia.