Rabu 28 Dec 2016 08:20 WIB

Praktisi Klinis: Pemberitaan Perampokan Pulomas Bisa Tingkatkan Kecemasan

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Angga Indrawan
Keluarga dari korban kasus pembunuhan menangis seusai memasuki Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Perumahan Pulomas, Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa (27/12).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Keluarga dari korban kasus pembunuhan menangis seusai memasuki Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Perumahan Pulomas, Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa (27/12).

REPUBLIKA.CO.ID,‎ JAKARTA -- Kasus perampokan yang disertai penyekapan di salah satu rumah di Pulomas, Pulogadung, Jakarta Timur, mengejutkan masyarakat. Pasalnya 11 orang disekap dalam kamar mandi berukuran 1,5 x 1,5 meter, enam orang di antaranya meninggunal dunia karena diduga kekurangan oksigen (hipoksia).

Berita tersebut cepat tersebar. Tak hanya di media televisi, online, dan cetak, tapi juga di media sosial (medsos). Bahkan di beberapa grup medsos, info tersebut dilengkapi dengan foto-foto para korban. Praktisi klinis dr Ari F Syam mengatakan berita-berita tersebut membuat publik marah, sedih, dan mempertanyakan kenapa ada orang-orang berhati keji yang dengan mudahnya menghilangkan nyawa beberapa orang sekaligus, termasuk anak-anak tidak berdosa.

Di satu sisi berita ini akan membuat stres tersendiri buat anggota keluarga dekat korban karena kehilangan mendadak keluarga yang dicinta dalam waktu singkat dan dengan tidak wajar. Kehilangan mendadak pasti menjadi stressor yang berat buat keluarga dekat korban.

Di sisi lain, info pembunuhan yang terus-menerus diberitakan baik oleh media juga bisa menjadi faktor pencetus terjadi kepanikan buat orang-orang yang tidak berhubungan langsung dengan korban. "Melihat kasus pembunuhan Pulomas Jakarta Timur ini,  kita bisa berpikir macam-macam seputar keamanan di rumah," ujar Ari, Rabu (28/12). Rumah dengan pagar tinggi, kamera pengawas (CCTV), serta banyak orang di rumah tidak luput dari kejaran pembunuh.

Tidak ada salahnya apabila publik waspada, namun kata Ari, sebaiknya tidak boleh mudah merasa cemas berlebihan karena kejahatan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. "Pengalaman klinis saya, sering pasien penyakit lambungnya kambuh atau dadanya terasa sesak karena mendengar tetangganya meninggal mendadak," kata dia. Bahkan mendengar atau membaca pembunuhan keji bisa menjadi pencetus pada pasien-pasiennya padahal korban pembunuhan tersebut tidak berhubungan langsung dengan pasiennya.

Ari memprediksi apabila kasus pembunuhan di Pulomas terus diberitakan dan didramatisir apalagi disertai penyebarluasan foto gambar korban, maka bisa menjadi pencetus terjadinya kecemasan pada seseorang yang memang sebelumnya sudah mempunyai gangguan kecemasan tersebut. Kondisi kecemasan yang terjadi dapat mencetuskan berbagai gangguan kesehatan seperti tangan berkeringat, sakit kepala, jantung berdebar-debar, tengkuk terasa sakit atau napas terasa sesak.

"Jika memang sudah ada masalah di lambung maka sakit lambung bisa kambuh. Jika punya hipertensi kecemasan bisa membuat tekanan darahnya naik. Jika mempunyai penyakit kencing manis bisa saja gula darahnya menjadi tidak terkontrol, jika punya sakit asma, asmanya kambuh. Kalau memang sudah mempunyai eksim bisa saja eksimnya kambuh," jelasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement