REPUBLIKA.CO.ID, BIMA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat, jumlah pengungsi akibat banjir bandang di Kota Bima terus turun. Jumlah pengungsi berkurang menjadi 6.900 jiwa.
"Dari sebelumnya yang sebanyak 8.491 jiwa," ujar Kepala BPBD NTB Muhammad Rum, Rabu (28/12).
Rum menyampaikan, sekitar 12.443 warga juga harus dilarikan ke rumah sakit di Kota Bima karena mengalami sejumlah penyakit seperti ispa, kulit, gatal-gatal, diare, dan hipertensi.
Pada Selasa (27/12), ia katakan, ada 80 warga yang terserang penyakit diare dan sakit kulit atau gatal, dua orang juga terpaksa dirawat di convensional hall Kota Bima karena dehidrasi. Ia menyampaikan, tambahan tenaga kesehatan juga terus berdatangan, salah satunya dari TNI sebanyak 285 personil, yang terdiri atas 80 personil kesehatan dan 205 pasukan serbaguna yang bisa dimanfaatkan korem dan kodim untuk perkuatan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Nurhandini Eka Dewi mengatakan, untuk penanganan korban banjir Bima saat ini sangat membutuhkan kaporit untuk desinfeksi air keruh pasca banjir. "Yang masih kita kurang kaporit, karena banyak sekali yang harus kita desinfeksi," katanya di Masjid Baitul Hamid, Kota Bima, Senin (26/12).
Ia menuturkan, pada saat ini memang belum banyak warga yang terkena diare. Namun, mengingat keterbatasan air bersih, dia mengkhawatirkan jumlah korban yang terkena diare akan semakin bertambah. "Kita khawatirkan tiga hari ke depan, yang betul-betul kita butuhkan, kaporit untuk disinfeksi untuk buat air bersih kembali," lanjutnya.
Hingga Ahad (25/12), ia jelaskan ada 4.600 pasien yang dilayani Dinkes NTB. Sebanyak 15 orang menjalani rawat inap, namun hari ini jumlahnya menyusut hingga tinggal 12 pasien. Kebanyakan pasien yang dirawat lantaran terkena luka tusuk akibat terjangan banjir bandang.