REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono mengatakan, komoditas cabai dan bawang merah mengalami surplus yang cukup besar. Namun, tingginya produksi tersebut tidak berdampak pada turunnya harga di pasaran.
Ia menjelaskan kepada wartawan, berdasarkan data yang didapat pihaknya, pasokan dan harga untuk cabai dan bawang merah di pasar induk Cibitung dan pasar induk Kramatjati tidak sejalan dengan teori supply-demand. Di pasar induk Cibitung pada pekan pertama Oktober, pasokan cabai mencapai 730 ton, tetapi harga menyentuh angka Rp 38 ribu per kg. Sedangkan pasokan bawang merah di pasar Kramatjati pada pekan pertama Oktober 138 ton dengan harga lebih dari Rp 32 ribu per kg.
"Berarti ada second hand yang bisa menentukan harga di sana," katanya, Rabu (28/12).
Padahal hingga saat ini, diakui Sudnik, pihaknya masih membeli cabai seharga Rp 22 ribu per kg sampai Jakarta. Namun cabai yang beredar di pasaran ada yang mencapai Rp 70 ribu per kg pada saat perayaan hari raya. Ia mengaku pihaknya tidak bisa mendikte para pedagang dengan harga tertentu, apalagi selama masih ada pembeli yang mencari. "Kalau jadi pedagang pasti memanfaatkan moment-moment itu," ujar dia. Ia melanjutkan, pedagang mengaku mendapat untung besar dari cabai dan bawang dibanding sayuran lainnya.
Namun, sebagai pemerintah pihaknya terus berupaya menekan harga komoditas pertanian terjangkau di tangan dan tetap memberi keuntungan bagi petani. "Yang saya bisa jangkau, petani itu bagaimana menjual jangan terlalu mahal," katanya.
Untuk komoditas cabai besar, pada Desember mengalami surplus 8.212 ton. Surplus bulan ini juga dialami cabai rawit dan bawang merah yang masing-masing 4.164 ton dan 26.385 ton.